Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Saturday, August 3, 2019

Cerpen : Apa, sih, yang Dipikirkan Anak Broken Home Ketika Jatuh Cinta?


 

   Seribu kali kupikirkan ulang untuk berdiri di depan gerbang ini. Kutunggu dengan tabah Zahira. Puluhan siswa lain berkerumun melewati gerbang untuk segera pulang. Ada yang naik angkot, dijemput dengan mobil, dan ada juga yang jalan kaki. Mobil yang menjemput Zahira adalah Honda warna hitam berkilat di pinggir trotoar. Tampak seorang pengemudi paruh baya bersiul-siul sambil nenunggunya.

   Tanganku menggenggam sebuah cokelat Silverqueen yang kuberi pita merah dan sebuah surat dengan kertas merah jambu. Iya, sudah lama aku mengagumi Zahira. Sejak kami satu sekolah di SMP. Tak diduga-duga, selanjutnya kami pun bersekolah di SMA yang sama. Sekarang kami sedang menapaki tahun kedua. Berarti sudah sekitar 4-5 tahun kupendam rasaku padanya.

   Membayangkan senyumnya dan mata yang selalu berbinar itu, aku begitu bahagia. Semangatku membuncah. Mungkin hampir mirip generasi '28 yang mencetuskan Sumpah Pemuda. Berapi-api dan berani mati. Untuk Zahira pun, apa saja bisa kulakukan. Aku ingin mengorbankan segala milikku untuknya.

   Namun, tiba-tiba aku jatuh meluncur ketika melihat diriku di cermin. Segala kepercayaan diriku, semangatku, tekadku mendadak runtuh ketika kusadari siapa aku. Aku meriut. Aku pesimis. Aku jatuh. Aku tak percaya diri lagi.

   Kawanku, baiknya kuceritakan padamu mengenai Zahira agar kau tahu betapa tak percaya dirinya aku ....

   Saat pertama kali kau melihat wajahnya, sederhana saja. Pasti kau akan bilang dia cantik. Kulitnya bersih karena tak pernah dibanjur terik matahari. Orangtuanya kaya raya. Setiap hari dia naik mobil. Tapi, dia selalu bersikap sederhana. Tak pernah menyombongkan diri. Tak pernah pamer. Tak pernah merendahkan orang lain. Malaikat macam apa dia? Bagaimana aku tak 'kan jatuh cinta?

   Suaranya tinggi dan cempreng, tapi manja. Terdengar merdu dan mendayu di telingaku. Mendengarnya dari kejauhan sudah mampu membuatku gugup tak terkira. Aku sering membayangkan bibirnya berbisik dekat di telinga hingga bisa kurasakan nafasnya yang hangat. Bayangan itu selalu saja membuatku tegang dan berkeringat.

   Dia adalah anak satu-satunya keluarga Haryo. Pantas sekali jika dia begitu disayang dan dimanja. Apapun keinginannya selalu dituruti. Dia adalah Cinderella dengan Ibu Peri yang bisa mewujudkan segala sesuatu untuknya. Bedanya, dia tak lagi jadi upik abu ketika lewat pukul dua belas malam.

   Namun, bukan kekayaan itu yang merendahkanku, Kawan. Sungguh, bukan! Aku tak rendah diri dengan harta kekayaan mereka. Aku tak merasa kecil oleh emas dan berlian. Tidak, tidak! Tapi, ini ... masalah yang lain.

   Aku terlahir dari chaos. Dalam keluarga yang chaos. Dan tumbuh dengan chaos pula. Orangtuaku sudah berpisah sejak aku kecil. Apa yang terjadi pada mereka, aku tidak tahu. Setiap anak dari pasangan yang bercerai pasti mengalami ini : kebingungan dan pengelabuan sejarah. Setiap pihak dari dua sisi mencoba menulis sejarah menurut tendensi mereka masing-masing. Pihak ibu akan menulis sejarah versinya. Begitu pun pihak ayah, akan menulis sejarah versinya sendiri. Mereka ingin kuasai sendiri!

   Aku, sebagai bocah yang tak tahu apa-apa hanya bisa tertekan dan merana. Aku dipaksa menelan cerita sejarah antara keduanya mau tak mau. Masing-masing pihak ingin sejarah versinya yang dianggap benar. Padahal aku butuh kebenaran yang sesungguhnya. Aku butuh mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya secara objektif. Tapi, itu sulit kudapatkan. Aku harus diremuk oleh kisah-kisah yang membantai itu.

   Ibuku bekerja sebagai pemandu karaoke di suatu bar. Betapa hinanya. Ibuku sendiri. Dan, aku sering menangis mendapat kenyataan ini. Bagaimanapun juga dia adalah ibuku. Orang lain hanya tahu bahwa ibuku hina. Mereka buta kalau ibuku harus berjuang mempertahankan hidupku dan hidupnya sendiri.

   Seringkali setiap aku sendiri, aku terpikir hal ini. Mencintai Zahira adalah komplikasi. Aku menambah masalah untuk diriku sendiri. Tentu saja! Bagaimana bisa akan kulibatkan bidadari itu dalam hidupku yang hitam dan kelam? Sebab mencintaiku adalah merangkul ribuan kegelapan dan duka. Mencintaiku adalah melibatkan diri dalam dunia yang sangat lain. Aku akan menyusahkannya. Aku hanya akan menyusahkannya.

   Dunia gembira berwarna merah muda dan biru milik Zahira bisa kacau jika sekumpulan awan hitam meledak melahirkan petir di sana. Itulah ... itulah yang aku pikirkan. Aku menjadi rendah diri dan begitu pesimis karena itu. Keutuhan keluarga dan keharmonisan rumah tangganya, membuatku menciut dan merasa getir.

   Aku penuh sayatan, darah, dan air mata. Sedangkan Zahira adalah senyum dan matahari cerah. Pantaskah aku bersamanya? Tidakkah aku membebaninya? Bukankah akan kurusak dunianya yang indah? Aku tidak tahu! Aku benar-benar tidak tahu! Tapi, perasaan ini sungguh menggangguku ....

   Seribu kali kupikirkan ulang untuk berdiri di depan gerbang ini. Pantaskah aku untuk Zahira? Ah, sepertinya tidak. Tentu saja tidak! Tidak, tidak, tidak, tidak!

   Lalu kulihat Zahira muncul melewati gerbang. Dia menatapku dan tersenyum ceria seperti biasa. Tangan kananku bergerak akan mengulurkan sebatang coklat dan surat cintaku. Tapi, sekejap kuurungkan. Kutarik kembali dan kusembunyikan di belakang punggung. Kubiarkan Zahira berlalu menuju mobil jemputannya. Aku tertunduk lesu. Dan, pulang.

11.48.03.08.2019.

No comments:

Post a Comment