BAB
I
PENDAHULUAN
Negara kita adalah negara yang penuh keanekaragaman. Negara
kita memiliki ribuan pulau yang membentang dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia .
Banyaknya pulau yang kita miliki diikuti dengan budaya dan suku bangsa yang
beragam memiliki bahasa yang berbeda-beda pula. Keanekaragaman bahasa yang kita
miliki, menciptakan ragam bahasa yang unik dari masing-masing suku bangsa. Ragam
bahasa yang tercipta berasal dari interaksi masyarakatnya dengan alam. Hal
tersebut meyebabkan kita menjadi negara yang kaya akan kebudayaan dan kesenian
lokal. Salah satunya adalah adanya berbagai cerita rakyat yang tercipta dari
berbagai suku bangsa dan daerah di negara kita tercinta ini.
A.
HAKIKAT CERITA RAKYAT
Cerita rakyat
adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki
kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang
dimiliki masing-masing bangsa. Jika kita gali dengan sungguh-sungguh, negeri
kita memiliki berlimpah ruah cerita rakyat yang menarik dan unik. Cerita rakyat tercipta dari interaksi antara masyarakat
dengan alam, masyarakat dengan masyarakat lainnya, serta masyarakat dengan
tuhannya. Cerita rakyat bisa juga berasal dari pengalaman hidup seseorang yang
melegenda, bisa bermula dari adanya mitos, atau bisa juga dari persoalan hidup
sehari-hari. Tentu saja berdasarkan kondisi dan situasi serta adat kebiasaan
wilayah setempat.
Cerita rakyat dianggap sebagai kekayaan milik yang
kehadirannya atas dasar keinginan untuk berhubungan sosial dengan orang lain.
Dalam cerita rakyat dapat dilihat adanya berbagai tindakan berbahasa guna
menampilkan adanya nilai-nilai dalam masyarakat (Atar Semi, 1993:79). Piere
Mananda berpendapat bahwa cerita rakyat yang tersebar secara lisan dan turun
temurun dari generasi ke generasi berikutnya dalam masyarakat tertentu
mempunyai ciri lain yaitu ”ketradisian”. Perbedaan dengan sastra tulisan,
sastra lisan hanya merupakan catatan dan hasil yang ada mungkin tidak mencakup
keseluruhan pernyataan sastra lisan itu, misalnya mengenai gunanya dari pelaku
yang menyertainya (Yus Rusyana, 1982:10).
B.
MACAM-MACAM CERITA RAKYAT
William R.
Bascom (dalam Danandjaja, 1984:50) membagi cerita prosa menjadi 3 (tiga)
seperti di bawah ini :
1)
Mite
(Myth)
Bascom (dalam Danandjaja 1984:50)
mengatakan bahwa mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar
terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa
atau mahkluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang
bukan seperti yang kita kenal sekarang dan terjadi pada masa lampau. Mite di Indonesia dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam
berdasarkan tempat asalnya, yakni asli Indonesia
dan berasal dari luar negeri, terutama India , Arab, dan negara sekitar
Laut Tengah.
2)
Legenda
James Danandjaja (1984:66)
mengatakan bahwa legenda adalah cerita yang menurut pengarangnya merupakan
peristiwa yang benar-benar ada dan nyata. Legenda adalah cerita rakyat yang
ditokohi manusia-manusia yang mempunyai sifat luar biasa. Menurut Gaffan (dalam
Aliana, dkk., 1984:3), legenda adalah dongeng tentang terjadinya suatu tempat.
Ciri-ciri legenda antara lain adalah beberapa dongeng atau cerita, bukan
sejarah yang penuh kegaiban, berhubungan dengan kenyataan dalam alam, dan
terikat oleh suatu daerah.
Jan Harold Brunvard (dalam
Danandjaja, 1984:67) mengemukakan penggolongan legenda sebagai berikut :
(1) Legenda
Keagamaan (Religius Legends)
Meliputi
legenda orang-orang suci, misalnya Legenda Wali Sanga di Pulau Jawa, Legenda
Syeh Siti Jenar.
(2) Legenda
Alam Gaib (Supernatural Legends)
CW. Von Sydow (dalam
Sulastin Sutrisno, Daru Suprapto, dan Sudaryanti, 1991:469) memberikan nama
legenda alam gaib dengan sebutan memorate, yaitu kisah pengalaman seorang
pribadi mengenai pengalaman dengan mahkluk dari dunia gaib seperti hantu, roh
halus, siluman, dsb. Legenda ini berfungsi untuk membenarkan suatu kepercayaan
“Takhayul”. Yang termasuk legenda alam gaib adalah mengenai tempat-tempat
angker, orang sering mendapat larangan-larangan untuk melewatinya dan harus
mengadakan ritual tertentu agar tidak terkena akibat dari tempat angker
tersebut.
(3) Legenda
Perorangan (Personal Legends)
Adalah suatu kisah
mengenai orang-orang tertentu yang dianggap pengarangnya memang ada dan pernah
terjadi, yang termasuk dalam legenda perseorangan antara lain :
pahlawan-pahlawan, termasuk juga raja, pangeran, dan orang dari kalangan rakyat
biasa yang gagah berani, tokoh sakti mandraguna, tokoh pembawa kebudayaan,
manusia pertama di suatu tempat, dll.
(4) Legenda
Setempat (Local Legends)
Adalah
suatu kisah yang ada kaitan eratnya dengan suatu tempat tertentu. Yang termasuk
legenda setempat antara lain : mengenai asal mula nama suatu daerah atau tempat,
asal mula tarian atau upacara adat, terjadinya berbagai hal, gejala alam
tertentu, asal bentuk aneh suatu daerah, dll.
3)
Dongeng
Dongeng adalah cerita rakyat yang dianggap
tidak benar-benar terjadi, bersifat khayal dan tidak terikat waktu maupun
tempat. Tokoh ceritanya adalah manusia, binatang, dan mahkluk halus (James
Danandjaja, 1997:83). Dongeng secara umum dibagi menjadi empat golongan besar
yaitu dongeng binatang (dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang
liar), dongeng biasa (jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah
kisah suka duka seseorang), dongeng lelucon dan anekdot (dongeng yang dapat
menimbulkan kelucuan, sehingga menimbulkan gelak tawa bagi yang mendengarkan
maupun yang menceritakan), dan dongeng berumus (dongeng yang strukturnya
terdiri dari pengulangan).
C.
CIRI-CIRI CERITA RAKYAT
Cerita
rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa
tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya, seperti agama dan
kepercayaan, undang-undang, kegiatan ekonomi, sistem kekeluargaan, dan susunan
nilai sosial masyarakat tersebut. Menurut James Danandjaja, ciri-ciri cerita
rakyat antara lain :
1.
Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan.
2.
Bersifat tradisional, yakni hidup dalam suatu kebudayaan
dalam waktu tidak kurang dari dua generasi.
3. Bersifat
lisan, sehingga terwujud dalam berbagai versi.
4. Bersifat
anonim, yakni nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi. Maka, ia menjadi
milik bersama dalam masyarakatnya.
5. Mempunyai
fungsi tertentu dalam masyarakatnya, misalnya sebagai media pendidikan, pengajaran
moral, hiburan, proses sosial, dan sebagainya.
6. Bersifat
pralogis, yakni mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika
ilmu pengetahuan.
7.
Bersifat sederhana dan seadanya, terlalu spontan dan
kadang kala kelihatan kasar. Namun dalam perkembangannya, sebagian cerita
rakyat telah disusun dalam bentuk bahasa yang lebih teratur dan halus.
Dalam
pembelajaran di sekolah di Indonesia ,
cerita rakyat dijadikan bahan pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain bertujuan untuk mempertahankan kekayaan bangsa yang sangat berharga
untuk para penerus bangsa, cerita rakyat juga dijadikan sarana untuk menanamkan
moral pada generasi penerus. Cerita rakyat juga dapat berfungsi untuk dijadikan
suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung ajaran budi pekerti dan pesan-pesan
pendidikan moral. Cerita rakyat yang berbentuk dongeng lelucon yang bersifat
jenaka juga bisa berfungsi menjadi pelipur lara atau hiburan bagi masyarakat
pendukungnya. Pada masa sebelum tersedianya pendidikan secara formal, seperti
sekolah yang ada sekarang ini, cerita rakyat memiliki fungsi dan peranan yang
amat penting sebagai media pendidikan bagi orang tua untuk mendidik anak dalam
keluarga. Di saat ini, ketika pendidikan secara formal telah tersedia, cerita
rakyat tetap memiliki fungsi dan peranan penting, terutama dalam membina
kepribadian anak dan menanamkan budi pekerti secara utuh dalam keluarga. Dari
sekian banyak kumpulan cerita rakyat di Indonesia, sebagian besar memuat
tentang kisah cara menjalani kehidupan dengan kebersahajaan. Bahwa untuk
mendapatkan kebahagiaan hidup kita harus ramah terhadap alam dan lingkungan.
Kumpulan cerita rakyat Indonesia yang menarik untuk
dibaca jumlahnya sangat banyak. Kadang
beberapa belum pernah kita dengar karena pada jaman dahulu cerita rakyat
hanya menyebar dari mulut ke mulut yang
diwariskan secara turun temurun. Tetapi seiring dengan perkembangan jaman
sekarang sudah banyak cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan melalui berbagai media sehingga cerita rakyat
Indonesia bisa terjaga kelestariannya dan tidak sampai hilang/punah. Namun
demikian ciri-ciri kelisanannya tetap melekat padanya. Media hanya merupakan
alat penyebar dan pelestari cerita rakyat tersebut. Beberapa diantaranya akan
kita bahas disini mengenai apresiasi dan pembelajarannya di sekolah.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah
diuraikan diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
- Bagaimanakah kemampuan mengapresiasi cerita rakyat
pada siswa kelas VII MTs. Asy’ariyyah Ds. Tajungsari Kec. Tlogowungu Kab.
Pati Tahun Ajaran 2011 / 2012?
- Metode apakah yang relevan dalam pembelajaran
apresiasi cerita rakyat pada siswa kelas VII MTs. Asy’ariyyah Ds.
Tajungsari Kec. Tlogowungu Kab. Pati Tahun Ajaran 2011 / 2012?
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
RINGKASAN
CERITA
Cerita
rakyat di Indonesia merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang mempunyai
peran sebagai kekayaan budaya khusunya kekayaan sastra lisan. Cerita rakyat di
Indonesia yang sejak dahulu kala sering disampaikan dalam bentuk cerita tutur
(dari mulut ke mulut) mempunyai peranan besar dalam kehidupan sosial budaya
Indonesia, yakni pengungkap alam pikiran dan sikap sebagai pendukung nilai
kebudayaan masyarakat serta penunjang perkembangan bahasa dan sastra Indonesia
dan daerah.
Cerita
yang dihimpun dalam buku Cerita Rakyat Maluku karya M. Yudhistira &
Irsyadul Anam merupakan bagian dari cerita rakyat yang masih tetap hidup dan
dipertahankan dalam kehidupan masyarakat Maluku sampai saat ini karena
terkandung nilai-nilai budaya yang khas dan dapat dijadikan sebagai alat
pengajaran budi pekerti luhur secara turun temurun. Cerita ini termasuk dalam
jenis legenda yang mengisahkan tentang peristiwa terjadinya suatu tempat di
daerah Maluku dan asal usul kesultanan yang ada disana. Dalam cerita tersebut
diceritakan pula keindahan alam Maluku dan gambaran masyarakatnya yang hidup
berdampingan dengan rukun. Dimulai dengan adanya konflik yang terjadi kemudian
dalam akhir cerita disajikan bagaimana penyelesaian yang dilakukan oleh
masyarakat setempat dalam mencari solusi. Hikmah yang dapat diambil dari cerita
ini adalah dimanapun di dunia ini kebaikan hati akan mengalahkan kejahatan.
Sementara itu kumpulan cerita rakyat Bengkulu yang
dihimpun oleh MB. Rahimsyah dan Irsyadul Anam menceritakan tentang sebagian
cerita kehidupan manusia yaitu kisah seorang ibu tiri yang kejam terhadap
anak-anaknya. Sudut pandang cerita ini diambil dari kisah anak-anaknya yang
merasa sengsara tinggal bersama ibu tiri, karena maksud yang ingin disampaikan
adalah bahwa orang yang tak bersalah pada akhirnya akan dilindungi oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa dan dalam ketidakberdayaan seharusnya seseorang berserah diri
pada Tuhan sembari terus mencari usaha keluar dari kesulitan hidupnya. Apapun
yang kita lakukan pasti akan mendapat balasan maka kita selalu diajarkan untuk
selalu berbuat kebaikan agar balasan yang kita terima juga berupa kebaikan.
B.
ANALISA
APRESIASI
Pembelajaran sastra mempunyai peran penting
di dalam perkembangan anak. Karya sastra yang dibacakan pada kesempatan yang
tepat merupakan wahana bagi mereka untuk mempelajari dunia.
1. Tokoh
adalah pelaku yang berperan di dalam cerita
2. Watak/sifat
adalah karakter yang dimiliki oleh setiap tokoh di dalam cerita
3. Tema
adalah ide pokok yang ada di dalam cerita
4. Latar
adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa di dalam sebuah cerita
5. Alur/jalan
cerita adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita yang saling berhubungan
(jenis alur : alur maju, alur mundur, dan alur campuran)
6. Amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang di dalam sebuah cerita
Dalam kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia yang berhubungan dengan sastra khususnya mengenai
pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur karya sastra yang dalam hal ini
adalah cerita rakyat, masih banyak ditemui siswa yang kesulitan
melaksanakannya. Hal ini disebabkan karena penggunaan dan pemahaman bacaan
cerita rakyat yang belum maksimal, yaitu karena dalam kegiatan membacanya
kurang bisa memahami isi. Selain itu juga dalam pembelajaran apresiasi cerita
rakyat siswa hanya membaca dan menjawab pertanyaan tentang bacaan, belum bisa
menceritakan makna cerita, membuat ringkasan dan menanggapi secara re-kreatif.
C.
TEKNIK
PEMBELAJARAN
Melihat besarnya
pengaruh karya sastra yang begitu penting dalam perkembangan jiwa anak dengan
demikian perlu upaya untuk adanya pembelajaran karya sastra yang efektif. Oleh
karena itu di dalam kurikulum tujuan pengajaran sastra dikembangkan dalam
kompetensi dasar yaitu mengapresiasi dan berekspresi melalui mendengarkan,
menonton, membaca dan melisankan kembali karya sastra tersebut.
Karya
sastra dalam hal ini adalah cerita rakyat memenuhi berbagai kebutuhan (rohani)
dan menanamkan berbagai nilai yang tidak dapat dilihat secara langsung. Selain
untuk mengembangkan kemampuan berapresiasi dan berekspresi sastra, pembelajaran
tentang cerita rakyat juga dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan
dapat mengajarkan nilai-nilai budi pekerti yang luhur.
Untuk
mencapai tujuan di atas, cerita rakyat perlu dipelajari secara langsung,
kiranya proses pembelajaran apresiasi cerita rakyat melalui teknik membaca
ekspresif menjadi salah satu metode yang relevan untuk dijadikan pemecahan dari
masalah yang ada.
Penerapan
pembelajaran apresiasi cerita rakyat melalui teknik membaca ekspresif meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Orientasi dan
menetapkan teks cerita rakyat
b.
Siswa memahami
teks cerita rakyat lebih dahulu, yaitu melalui membaca dalam hati
c.
Siswa melakukan
kegiatan membaca ekspresif dengan memperhatikan unsur-unsur penting dalam
membaca ekspresif
d.
Siswa menerima
umpan balik atas penampilannya dalam membaca ekspresif, yaitu dengan pujian,
pertanyaan dan penilaian
e.
Menganalisis isi teks cerita rakyat
Contoh RPP Pembelajaran Cerita
Rakyat
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VII
Semester : 1 (satu)
Standar Kompetensi : Memahami wacana
lisan melalui kegiatan mendengarkan cerita rakyat
Kompetensi Dasar :
Mengidentifikasi unsur-unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan
atau melalui rekaman
Indikator : 1. Mampu menjelaskan unsur-unsur
intrinsik (tema, penokohan, konflik dan amanat) dalam cerita rakyat yang
disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman
2. Mampu menjelaskan unsur-unsur ekstrinsik
(nilai moral, kebudayaan, agama, dll.) dalam cerita rakyat yang
disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman
3. Mampu menanggapi terhadap penyampaian
hasil diskusi kelompok
Alokasi Waktu :
2 x 40 menit ( 1 kali pertemuan )
1.
Tujuan Pembelajaran
a.
Siswa mampu menceritakan kembali isi ringkasan cerita
rakyat yang didengar
b.
Siswa mampu menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari cerita
rakyat yang didengar
c.
Siswa mampu menjelaskan unsur-unsur ekstrinsik dari
cerita rakyat yang didengar
d.
Siswa mampu menanggapi berupa pernyataan terhadap
penyampaian hasil diskusi kelompok lain
2.
Materi Pembelajaran
a.
Cerita Rakyat
3.
Metode Pembelajaran
a.
Diskusi
b.
Tanya Jawab
c.
Inkuiri
d.
Penugasan
4.
Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
a.
Kegiatan Awal
1.
Guru memberikan salam kepada siswa
2.
Guru mengabsensi siswa dan menyakan apabila ada siswa yg
tidak masuk
3.
Guru membangun komunikasi dengan siswa
4.
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang Kompetensi
Dasar dan Tujuan Pembelajaran
b.
Kegiatan Inti
1.
Siswa duduk berdasarkan kelompok yang telah dipilih
2.
Siswa
mendengarkan cerita rakyat dari guru (dari model, rekaman, dll.)
3.
Guru memberikan
contoh hal menarik dan nilai yang terdapat dalam cerita rakyat
4.
Satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi dengan mengungkapkan hal-hal yang menarik dalam
cerita rakyat dan mengungkapkan nilai-nilai dalam cerita rakyat
c.
Kegiatan Akhir
1.
Guru mengomentari hasil diskusi kelompok yang telah
dipresentasikan
2.
Siswa mendapat tugas untuk meringkas cerita rakyat dengan
kata-kata sendiri
3.
Guru memberikan penguatan tentang materi yang telah
dipelajari siswa
4.
Guru memberikan kesan dan pesan dalam pembelajaran hari
ini
5.
Guru menutup pertemuan dengan salam
5.
Sumber Belajar
a.
buku teks
b.
contoh cerita rakyat
6.
Penilaian
a.
teknik : tes tulis
b.
bentuk instrumen : tes uraian
c.
instrumen penilaian :
§
lampiran 1 : contoh soal
§
lampiran 2 : lembar penilaian kegiatan siswa
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada
dasarnya, setelah adanya pembelajaran apresiasi cerita rakyat, siswa diharapkan
dapat :
1.
Mempraktikan/memperagakan membaca teks cerita rakyat
dengan teknik membaca ekspresif.
2.
Menemukan dan menjelaskan unsur instrinsik cerita rakyat
sesuai dengan isi cerita.
3.
menjelaskan tokoh dan perwatakan dalam cerita rakyat.
4.
Bermain peran atau memerankan tokoh drama dengan lafal,
intonasi, ekspresi yang tepat sesuai dengan tokoh yang ada dalam cerita.
5.
Menulis sinopsis cerita rakyat sesuai struktur cerita
dengan menggunakan kata-kata sendiri.
B.
SARAN
1.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP yang berhubungan dengan
pembelajaran apresiasi cerita rakyat harus dilaksanakan secara terpadu,
sehingga dalam pelaksanaannya mampu menciptakan kegemaran membaca karya sastra
bagi siswa
2.
Kemampuan siswa dalam apresiasi cerita rakyat kurang
karena penggunaan dan pemahaman bacaan cerita trakyat belum maksimal. Oleh
karena itu, disarankan pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang berhubungan
dengan sastra guru hendaknya lebih banyak mengembangkan kegiatan pembelajaran
3.
Dalam menggunakan media pembelajaran, guru hendaknya
mencari media yang dapat menarik perhatian siswa dalam belajar, karena hal itu
dapat merangsang siswa dalam kegiatan pembelajaran.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
-
Bunanta, Murti. 1998. Problematika Penulisan Cerita
Rakyat. Jakarta: Balai Pustaka.
-
Danandjaja,
James. 1997. Tentang Sastra. Terjemahan Achadiati Ikram. Jakarta: Intermasa.
-
Ngatmini, dkk.
2010. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Semarang: IKIP PGRI
Press.
-
Rahimsyah, M. B., Irsyadul Anam. 2003. Cerita Rakyat Bengkulu. Surabaya:
Mitra Cendekia.
-
Semi, Atar. 2001. Seni Budaya. Jakarta: Gramedia.
-
Sulastin Sutrisno, Daru Suprapto, Sudaryanti. 1991.
-
Yudhistira, M., Irsyadul Anam. 2003. Cerita Rakyat
Maluku. Surabaya: Mitra Cendekia.
No comments:
Post a Comment