Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Friday, December 9, 2016

Makalah Seminar Sastra

BAB I
PENDAHULUAN
Negara kita adalah negara yang penuh keanekaragaman. Negara kita memiliki ribuan pulau yang membentang dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia. Banyaknya pulau yang kita miliki diikuti dengan budaya dan suku bangsa yang beragam memiliki bahasa yang berbeda-beda pula. Keanekaragaman bahasa yang kita miliki, menciptakan ragam bahasa yang unik dari masing-masing suku bangsa. Ragam bahasa yang tercipta berasal dari interaksi masyarakatnya dengan alam. Hal tersebut meyebabkan kita menjadi negara yang kaya akan kebudayaan dan kesenian lokal. Salah satunya adalah adanya berbagai cerita rakyat yang tercipta dari berbagai suku bangsa dan daerah di negara kita tercinta ini.


A. HAKIKAT CERITA RAKYAT
Cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Jika kita gali dengan sungguh-sungguh, negeri kita memiliki berlimpah ruah cerita rakyat yang menarik dan unik. Cerita rakyat tercipta dari interaksi antara masyarakat dengan alam, masyarakat dengan masyarakat lainnya, serta masyarakat dengan tuhannya. Cerita rakyat bisa juga berasal dari pengalaman hidup seseorang yang melegenda, bisa bermula dari adanya mitos, atau bisa juga dari persoalan hidup sehari-hari. Tentu saja berdasarkan kondisi dan situasi serta adat kebiasaan wilayah setempat.
Cerita rakyat dianggap sebagai kekayaan milik yang kehadirannya atas dasar keinginan untuk berhubungan sosial dengan orang lain. Dalam cerita rakyat dapat dilihat adanya berbagai tindakan berbahasa guna menampilkan adanya nilai-nilai dalam masyarakat (Atar Semi, 1993:79). Piere Mananda berpendapat bahwa cerita rakyat yang tersebar secara lisan dan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya dalam masyarakat tertentu mempunyai ciri lain yaitu ”ketradisian”. Perbedaan dengan sastra tulisan, sastra lisan hanya merupakan catatan dan hasil yang ada mungkin tidak mencakup keseluruhan pernyataan sastra lisan itu, misalnya mengenai gunanya dari pelaku yang menyertainya (Yus Rusyana, 1982:10).

B. MACAM-MACAM CERITA RAKYAT
William R. Bascom (dalam Danandjaja, 1984:50) membagi cerita prosa menjadi 3 (tiga) seperti di bawah ini :
1)     Mite (Myth)
Bascom (dalam Danandjaja 1984:50) mengatakan bahwa mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau mahkluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang bukan seperti yang kita kenal sekarang dan terjadi pada masa lampau. Mite di Indonesia dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam berdasarkan tempat asalnya, yakni asli Indonesia dan berasal dari luar negeri, terutama India, Arab, dan negara sekitar Laut Tengah.
2)     Legenda
James Danandjaja (1984:66) mengatakan bahwa legenda adalah cerita yang menurut pengarangnya merupakan peristiwa yang benar-benar ada dan nyata. Legenda adalah cerita rakyat yang ditokohi manusia-manusia yang mempunyai sifat luar biasa. Menurut Gaffan (dalam Aliana, dkk., 1984:3), legenda adalah dongeng tentang terjadinya suatu tempat. Ciri-ciri legenda antara lain adalah beberapa dongeng atau cerita, bukan sejarah yang penuh kegaiban, berhubungan dengan kenyataan dalam alam, dan terikat oleh suatu daerah.
Jan Harold Brunvard (dalam Danandjaja, 1984:67) mengemukakan penggolongan legenda sebagai berikut :
(1)  Legenda Keagamaan (Religius Legends)
      Meliputi legenda orang-orang suci, misalnya Legenda Wali Sanga di Pulau Jawa, Legenda Syeh Siti Jenar.
(2)  Legenda Alam Gaib (Supernatural Legends)
CW. Von Sydow (dalam Sulastin Sutrisno, Daru Suprapto, dan Sudaryanti, 1991:469) memberikan nama legenda alam gaib dengan sebutan memorate, yaitu kisah pengalaman seorang pribadi mengenai pengalaman dengan mahkluk dari dunia gaib seperti hantu, roh halus, siluman, dsb. Legenda ini berfungsi untuk membenarkan suatu kepercayaan “Takhayul”. Yang termasuk legenda alam gaib adalah mengenai tempat-tempat angker, orang sering mendapat larangan-larangan untuk melewatinya dan harus mengadakan ritual tertentu agar tidak terkena akibat dari tempat angker tersebut.
(3)  Legenda Perorangan (Personal Legends)
Adalah suatu kisah mengenai orang-orang tertentu yang dianggap pengarangnya memang ada dan pernah terjadi, yang termasuk dalam legenda perseorangan antara lain : pahlawan-pahlawan, termasuk juga raja, pangeran, dan orang dari kalangan rakyat biasa yang gagah berani, tokoh sakti mandraguna, tokoh pembawa kebudayaan, manusia pertama di suatu tempat, dll.
(4)  Legenda Setempat (Local Legends)
Adalah suatu kisah yang ada kaitan eratnya dengan suatu tempat tertentu. Yang termasuk legenda setempat antara lain : mengenai asal mula nama suatu daerah atau tempat, asal mula tarian atau upacara adat, terjadinya berbagai hal, gejala alam tertentu, asal bentuk aneh suatu daerah, dll.
3)     Dongeng
 Dongeng adalah cerita rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi, bersifat khayal dan tidak terikat waktu maupun tempat. Tokoh ceritanya adalah manusia, binatang, dan mahkluk halus (James Danandjaja, 1997:83). Dongeng secara umum dibagi menjadi empat golongan besar yaitu dongeng binatang (dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar), dongeng biasa (jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang), dongeng lelucon dan anekdot (dongeng yang dapat menimbulkan kelucuan, sehingga menimbulkan gelak tawa bagi yang mendengarkan maupun yang menceritakan), dan dongeng berumus (dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan).
C. CIRI-CIRI CERITA RAKYAT
            Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya, seperti agama dan kepercayaan, undang-undang, kegiatan ekonomi, sistem kekeluargaan, dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Menurut James Danandjaja, ciri-ciri cerita rakyat antara lain :
1.      Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan.
2.      Bersifat tradisional, yakni hidup dalam suatu kebudayaan dalam waktu tidak kurang dari dua generasi.
3.      Bersifat lisan, sehingga terwujud dalam berbagai versi.
4.      Bersifat anonim, yakni nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi. Maka, ia menjadi milik bersama dalam masyarakatnya.
5.      Mempunyai fungsi tertentu dalam masyarakatnya, misalnya sebagai media pendidikan, pengajaran moral, hiburan, proses sosial, dan sebagainya.
6.      Bersifat pralogis, yakni mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika ilmu pengetahuan.
7.      Bersifat sederhana dan seadanya, terlalu spontan dan kadang kala kelihatan kasar. Namun dalam perkembangannya, sebagian cerita rakyat telah disusun dalam bentuk bahasa yang lebih teratur dan halus.
Dalam pembelajaran di sekolah di Indonesia, cerita rakyat dijadikan bahan pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain bertujuan untuk mempertahankan kekayaan bangsa yang sangat berharga untuk para penerus bangsa, cerita rakyat juga dijadikan sarana untuk menanamkan moral pada generasi penerus. Cerita rakyat juga dapat berfungsi untuk dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung ajaran budi pekerti dan pesan-pesan pendidikan moral. Cerita rakyat yang berbentuk dongeng lelucon yang bersifat jenaka juga bisa berfungsi menjadi pelipur lara atau hiburan bagi masyarakat pendukungnya. Pada masa sebelum tersedianya pendidikan secara formal, seperti sekolah yang ada sekarang ini, cerita rakyat memiliki fungsi dan peranan yang amat penting sebagai media pendidikan bagi orang tua untuk mendidik anak dalam keluarga. Di saat ini, ketika pendidikan secara formal telah tersedia, cerita rakyat tetap memiliki fungsi dan peranan penting, terutama dalam membina kepribadian anak dan menanamkan budi pekerti secara utuh dalam keluarga. Dari sekian banyak kumpulan cerita rakyat di Indonesia, sebagian besar memuat tentang kisah cara menjalani kehidupan dengan kebersahajaan. Bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan hidup kita harus ramah terhadap alam dan lingkungan.
Kumpulan cerita rakyat Indonesia yang menarik untuk dibaca jumlahnya sangat banyak.  Kadang beberapa belum pernah kita dengar karena pada jaman dahulu cerita rakyat hanya  menyebar dari mulut ke mulut yang diwariskan secara turun temurun. Tetapi seiring dengan perkembangan jaman sekarang sudah banyak cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan  melalui berbagai media sehingga cerita rakyat Indonesia bisa terjaga kelestariannya dan tidak sampai hilang/punah. Namun demikian ciri-ciri kelisanannya tetap melekat padanya. Media hanya merupakan alat penyebar dan pelestari cerita rakyat tersebut. Beberapa diantaranya akan kita bahas disini mengenai apresiasi dan pembelajarannya di sekolah.


BAB II
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
  1. Bagaimanakah kemampuan mengapresiasi cerita rakyat pada siswa kelas VII MTs. Asy’ariyyah Ds. Tajungsari Kec. Tlogowungu Kab. Pati Tahun Ajaran 2011 / 2012?
  2. Metode apakah yang relevan dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat pada siswa kelas VII MTs. Asy’ariyyah Ds. Tajungsari Kec. Tlogowungu Kab. Pati Tahun Ajaran 2011 / 2012?


BAB III
PEMBAHASAN

A.       RINGKASAN CERITA
     Cerita rakyat di Indonesia merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang mempunyai peran sebagai kekayaan budaya khusunya kekayaan sastra lisan. Cerita rakyat di Indonesia yang sejak dahulu kala sering disampaikan dalam bentuk cerita tutur (dari mulut ke mulut) mempunyai peranan besar dalam kehidupan sosial budaya Indonesia, yakni pengungkap alam pikiran dan sikap sebagai pendukung nilai kebudayaan masyarakat serta penunjang perkembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah.
     Cerita yang dihimpun dalam buku Cerita Rakyat Maluku karya M. Yudhistira & Irsyadul Anam merupakan bagian dari cerita rakyat yang masih tetap hidup dan dipertahankan dalam kehidupan masyarakat Maluku sampai saat ini karena terkandung nilai-nilai budaya yang khas dan dapat dijadikan sebagai alat pengajaran budi pekerti luhur secara turun temurun. Cerita ini termasuk dalam jenis legenda yang mengisahkan tentang peristiwa terjadinya suatu tempat di daerah Maluku dan asal usul kesultanan yang ada disana. Dalam cerita tersebut diceritakan pula keindahan alam Maluku dan gambaran masyarakatnya yang hidup berdampingan dengan rukun. Dimulai dengan adanya konflik yang terjadi kemudian dalam akhir cerita disajikan bagaimana penyelesaian yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam mencari solusi. Hikmah yang dapat diambil dari cerita ini adalah dimanapun di dunia ini kebaikan hati akan mengalahkan kejahatan.
Sementara itu kumpulan cerita rakyat Bengkulu yang dihimpun oleh MB. Rahimsyah dan Irsyadul Anam menceritakan tentang sebagian cerita kehidupan manusia yaitu kisah seorang ibu tiri yang kejam terhadap anak-anaknya. Sudut pandang cerita ini diambil dari kisah anak-anaknya yang merasa sengsara tinggal bersama ibu tiri, karena maksud yang ingin disampaikan adalah bahwa orang yang tak bersalah pada akhirnya akan dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan dalam ketidakberdayaan seharusnya seseorang berserah diri pada Tuhan sembari terus mencari usaha keluar dari kesulitan hidupnya. Apapun yang kita lakukan pasti akan mendapat balasan maka kita selalu diajarkan untuk selalu berbuat kebaikan agar balasan yang kita terima juga berupa kebaikan.
B.        ANALISA APRESIASI
     Pembelajaran sastra mempunyai peran penting di dalam perkembangan anak. Karya sastra yang dibacakan pada kesempatan yang tepat merupakan wahana bagi mereka untuk mempelajari dunia.
1.      Tokoh adalah pelaku yang berperan di dalam cerita
2.      Watak/sifat adalah karakter yang dimiliki oleh setiap tokoh di dalam cerita
3.      Tema adalah ide pokok yang ada di dalam cerita
4.      Latar adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa di dalam sebuah cerita
5.      Alur/jalan cerita adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita yang saling berhubungan (jenis alur : alur maju, alur mundur, dan alur campuran)
6.      Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang di dalam sebuah cerita
Dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia yang berhubungan dengan sastra khususnya mengenai pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur karya sastra yang dalam hal ini adalah cerita rakyat, masih banyak ditemui siswa yang kesulitan melaksanakannya. Hal ini disebabkan karena penggunaan dan pemahaman bacaan cerita rakyat yang belum maksimal, yaitu karena dalam kegiatan membacanya kurang bisa memahami isi. Selain itu juga dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat siswa hanya membaca dan menjawab pertanyaan tentang bacaan, belum bisa menceritakan makna cerita, membuat ringkasan dan menanggapi secara re-kreatif.
C.       TEKNIK PEMBELAJARAN
          Melihat besarnya pengaruh karya sastra yang begitu penting dalam perkembangan jiwa anak dengan demikian perlu upaya untuk adanya pembelajaran karya sastra yang efektif. Oleh karena itu di dalam kurikulum tujuan pengajaran sastra dikembangkan dalam kompetensi dasar yaitu mengapresiasi dan berekspresi melalui mendengarkan, menonton, membaca dan melisankan kembali karya sastra tersebut.
            Karya sastra dalam hal ini adalah cerita rakyat memenuhi berbagai kebutuhan (rohani) dan menanamkan berbagai nilai yang tidak dapat dilihat secara langsung. Selain untuk mengembangkan kemampuan berapresiasi dan berekspresi sastra, pembelajaran tentang cerita rakyat juga dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan dapat mengajarkan nilai-nilai budi pekerti yang luhur.
            Untuk mencapai tujuan di atas, cerita rakyat perlu dipelajari secara langsung, kiranya proses pembelajaran apresiasi cerita rakyat melalui teknik membaca ekspresif menjadi salah satu metode yang relevan untuk dijadikan pemecahan dari masalah yang ada.
            Penerapan pembelajaran apresiasi cerita rakyat melalui teknik membaca ekspresif meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Orientasi dan menetapkan teks cerita rakyat
b.      Siswa memahami teks cerita rakyat lebih dahulu, yaitu melalui membaca dalam hati
c.       Siswa melakukan kegiatan membaca ekspresif dengan memperhatikan unsur-unsur penting dalam membaca ekspresif
d.      Siswa menerima umpan balik atas penampilannya dalam membaca ekspresif, yaitu dengan pujian, pertanyaan dan penilaian
e.       Menganalisis isi teks cerita rakyat

Contoh RPP Pembelajaran Cerita Rakyat
Pelajaran          : Bahasa Indonesia
Kelas               : VII
Semester          : 1 (satu)

Standar Kompetensi   : Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan cerita rakyat
Kompetensi Dasar       : Mengidentifikasi unsur-unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) cerita                          rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman
Indikator                     : 1. Mampu menjelaskan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, konflik                                               dan amanat) dalam cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan                                          atau melalui rekaman
                                      2. Mampu menjelaskan unsur-unsur ekstrinsik (nilai moral, kebudayaan,                                              agama, dll.) dalam cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan                                           atau melalui rekaman
                                3. Mampu menanggapi terhadap penyampaian hasil diskusi kelompok
Alokasi Waktu                        : 2 x 40 menit ( 1 kali pertemuan )
1.         Tujuan Pembelajaran
a.          Siswa mampu menceritakan kembali isi ringkasan cerita rakyat yang didengar
b.         Siswa mampu menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari cerita rakyat yang didengar
c.          Siswa mampu menjelaskan unsur-unsur ekstrinsik dari cerita rakyat yang didengar
d.         Siswa mampu menanggapi berupa pernyataan terhadap penyampaian hasil diskusi kelompok lain
2.         Materi Pembelajaran
a.          Cerita Rakyat
3.         Metode Pembelajaran
a.          Diskusi
b.         Tanya Jawab
c.          Inkuiri
d.         Penugasan
4.         Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a.          Kegiatan Awal
1.         Guru memberikan salam kepada siswa
2.         Guru mengabsensi siswa dan menyakan apabila ada siswa yg tidak masuk
3.         Guru membangun komunikasi dengan siswa
4.         Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran
b.      Kegiatan Inti
1.         Siswa duduk berdasarkan kelompok yang telah dipilih
2.         Siswa mendengarkan cerita rakyat dari guru (dari model, rekaman, dll.)
3.         Guru memberikan contoh hal menarik dan nilai yang terdapat dalam cerita rakyat
4.         Satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan mengungkapkan hal-hal yang menarik dalam cerita rakyat dan mengungkapkan nilai-nilai dalam cerita rakyat
c.       Kegiatan Akhir
1.         Guru mengomentari hasil diskusi kelompok yang telah dipresentasikan
2.         Siswa mendapat tugas untuk meringkas cerita rakyat dengan kata-kata sendiri
3.         Guru memberikan penguatan tentang materi yang telah dipelajari siswa
4.         Guru memberikan kesan dan pesan dalam pembelajaran hari ini
5.         Guru menutup pertemuan dengan salam
5.         Sumber Belajar
a.          buku teks
b.         contoh cerita rakyat
6.         Penilaian
a.             teknik : tes tulis
b.            bentuk instrumen : tes uraian
c.             instrumen penilaian :
§  lampiran 1 : contoh soal
§  lampiran 2 : lembar penilaian kegiatan siswa


PENUTUP

A.       KESIMPULAN
Pada dasarnya, setelah adanya pembelajaran apresiasi cerita rakyat, siswa diharapkan dapat :
1.      Mempraktikan/memperagakan membaca teks cerita rakyat dengan teknik membaca ekspresif.
2.      Menemukan dan menjelaskan unsur instrinsik cerita rakyat sesuai dengan isi cerita.
3.      menjelaskan tokoh dan perwatakan dalam cerita rakyat.
4.      Bermain peran atau memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, ekspresi yang tepat sesuai dengan tokoh yang ada dalam cerita.
5.      Menulis sinopsis cerita rakyat sesuai struktur cerita dengan menggunakan kata-kata sendiri.
B.        SARAN
1.      Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP yang berhubungan dengan pembelajaran apresiasi cerita rakyat harus dilaksanakan secara terpadu, sehingga dalam pelaksanaannya mampu menciptakan kegemaran membaca karya sastra bagi siswa
2.      Kemampuan siswa dalam apresiasi cerita rakyat kurang karena penggunaan dan pemahaman bacaan cerita trakyat belum maksimal. Oleh karena itu, disarankan pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang berhubungan dengan sastra guru hendaknya lebih banyak mengembangkan kegiatan pembelajaran
3.      Dalam menggunakan media pembelajaran, guru hendaknya mencari media yang dapat menarik perhatian siswa dalam belajar, karena hal itu dapat merangsang siswa dalam kegiatan pembelajaran.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA


-          Bunanta, Murti. 1998. Problematika Penulisan Cerita Rakyat. Jakarta: Balai Pustaka.
-          Danandjaja, James. 1997. Tentang Sastra. Terjemahan Achadiati Ikram. Jakarta: Intermasa.
-          Ngatmini, dkk. 2010. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Semarang: IKIP PGRI Press. 
-          Rahimsyah, M. B., Irsyadul Anam. 2003. Cerita Rakyat Bengkulu. Surabaya: Mitra Cendekia.
-         Semi, Atar. 2001. Seni Budaya. Jakarta: Gramedia.
-         Sulastin Sutrisno, Daru Suprapto, Sudaryanti. 1991.

-         Yudhistira, M., Irsyadul Anam. 2003. Cerita Rakyat Maluku. Surabaya: Mitra Cendekia.

No comments:

Post a Comment