Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Friday, December 9, 2016

Makalah Pendidikan Dakwah dalam Al-Qur'an



PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam, yang telah memerintahkan manusia untuk menyeru saudaranya dengan hikmah, mauidhah hasanah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW, penuntun umat manusia ke jalan yang benar melalui wahyu dan sabdanya, sehingga melahirkan ulama – ulama  dan intelektual yang berkualitas yang mampu menjawab berbagai permasalahan yang dibutuhkan oleh umat pada zamannya.


Tujuan pendidikan merupakan suatu kondisi yang menjadi target penyampaian pengetahuan.  Kesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat Islam ini tidak muncul secara spontan melainkan merupakan efek dari sebuah proses panjang yang dimulai pada masa awal Islam (masa ke-Rasulan Muhammad).
Tujuan pendidikan tidak hanya semata – mata membentuk manusia agar membangun hubungan yang baik secara vertical kepada Allah SWT. saja, tetapi harus pula berujung pada terbentuknya hubungan horizontal yang harmonis terhadap sesama manusia dan alam sekitarnya.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis akan mengemukakan permasalahan sebagai berikut :
1)      Apa ma’na pendidikan menurut Islam ?
2)      Bagaimana dakwah Islamiyah itu ?
3)      Apa saja prinsip yang menonjol dalam pendidikan dakwah Islamiyah ?
4)      Apa  saja  karakteristik  retorika  dakwah  yang  harus  dimiliki  oleh  setiap da’i ?

C.     Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1)      Mengetahui ma’na pendidikan menurut Islam
2)      Mengetahui konsep dakwah Islamiyah itu
3)      Mengetahui prinsip yang menonjol dalam pendidikan dakwah Islamiyah
4)      Mengetahui karakteristik retorika dakwah yang harus dimiliki  oleh  setiap da’i.
II.    PEMBAHASAN

A.    Konsep Pendidikan Islam
1.      Makna pendidikan
     Menurut Ngalim Purwanto pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak – anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.  Hasan Langgulung (1987) menegaskan pendidikan sebagai perubahan dan memindahkan nilai - nilai kebudayaan kepada setiap individu masyarakat melalui berbagai proses – proses pemindahan tersebut ialah pengajaran, latihan dan indoktrinasi.

     Pemindahan nilai – nilai melalui pengajaran ialah memindahkan pengetahuan dari individu kepada individu yang lain; dan latihan ialah membiasakan diri melakukan sesuatu untuk memperoleh kemahiran. Sementara indoktrinasi juga menjadikan seseorang dapat meniru apa yang dilakukan oleh orang lain. Ketiga proses ini berjalan serentak dalam masyarakat primitif dan modern. Sedangkan pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental, maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba di hadapan Kholiq-nya dan sebagai pemelihara (khalifah) pada semesta. Karenanya, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik (generasi penerus) dengan kemampuan dan keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (lingkungan).

     Dalam lintasan sejarah peradaban Islam, peran pendidikan ini benar – benar bisa dilaksanakan pada masa – masa kejayaan Islam, hal ini dapat kita saksikan, dimana pendidikan benar – benar mampu membentuk peradaban, sehingga peradaban Islam menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang jazirah Arab, Asia barat hingga Eropa timur.  Untuk itu adanya sebuah paradigma pendidikan yang memberdayakan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan.

     Kesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat Islam ini tidak muncul secara spontan melainkan merupakan efek dari sebuah proses panjang yang dimulai pada masa awal Islam (masa ke-Rasulan Muhammad).  Pada masa itu Muhammad senantiasa menampakkan kesadaran pada sahabat dan pengikutnya akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa mencari ilmu.

     Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadits yang menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (ilmu) dan orang yang memiliki pengetahuan.  Bahkan dalam sebuah riwayat yang sangat terkenal disebutkan bahwa Nabi Muhammad menyatakan menuntut ilmu merupakan sesuatu yang diwajibkan bagi umat Islam, baik laki – laki maupun perempuan.

     Setelah wafatnya Nabi Muhammad dan para sahabat, umat Islam secara umum tetap melanjutkan misi ini dengan menanamkan sesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan kepada generasi – generasi sesudahnya, sehingga kesadaran ini menjadi sesuatu yang mendarah daging di kalangan umat Islam dan mencapai puncaknya pada abad XI sampai awal abad XIII  M.  Qardhawi juga memandang bahwa semua ilmu bisa islami dan tidak islami, tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya. Pemisahan ilmu secara dikotomis itu menurut Qhardhawi, telah menghambat kemajuan umat Islam.

     Meskipun demikian setidaknya ada tiga hal penting yang perlu mendapatkan perhatian serius tentang dikotomis atau non dikotomis yaitu :

1.      Dalam kerangka teori dan falsafah yang harus ada di dalam alam bawah sadar manusia bahwasannya ilmu tidak dapat didikotomikan karma segala pengetahuan adalah telah ada dalam konsep Islam baik yang dapat dibenarkan sekaligus diterima maupun yang tidak diterima.
2.      Dalam tatanan praktek pendidikan tidak dapat dipungkiri bahwa ada dan bahkan harus dilakukan pendikotomian ilmu secara Fiqhul aulawiyat (mengambil yang prioritas) mengingat kemampuan manusia yang sangat terbatas.
3.      Demikian pula para ulama juga telah membagi ilmu ke dalam fardlu ‘ain dan fardlu kifayah yang menunjukkan bahwa pendikotomian dalam arti prioritas adalah hal yang bahkan harus dilakukan.

Jadi pendidikan menurut Islam ialah suatu proses yang berkesinambungan untuk merubah, melatih, dan mendidik akal, jasmani, dan rohani manusia dengan berasaskan nilai – nilai Islam yang bersumberkan wahyu bagi melahirkan insan yang bertaqwa dan mengabdikan diri kepada Allah SWT, untuk mendapatkan kejayaan di dunia dan akhirat.

2.      Tujuan pendidikan
Secara garis besar bahwa tujuan pendidikan adalah :
1)      Menciptakan manusia – manusia yang siap mengarungi kehidupan dalam berbagai sifatnya.
2)      Mempersiapkan peserta didik untuk mampu hidup bermasyarakat dalam aneka ragam  gejolaknya.
Qarwadi menyebut tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan manusia dalam menghadapi masyarakat yang sering terdapat di dalamnya kebaikan dan kejahatan, kemanisan dan kepahitan.
Diantara materi – materi pendidikan yang dapat menghantarkan manusia untuk mewujudkan tujuan di atas adalah :

-          Al - imaniyah (pendidikan iman)
-          Al - khuluqiyah (pendidikan akhlaq)
-          Al - jismiyah (pendidikan jasmani)
-          Al - aqiliyah (pendidikan mental)
-          Al - nafsiyah (pendidikan jiwa)
-          Al - ijlimaiyah (pendidikan sosial)
-          Al - jinisyah (pendidikan seks)

Dari sini dapat pula dilihat pendapat beliau yang secara lebih spesifik mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya semata - mata membentuk manusia agar membangun hubungan yang baik secara vertikal kepada Allah SWT. saja, tetapi harus pula berujung pada terbentuknya hubungan horisontal yang harmonis terhadap sesama manusia dan alam sekitarnya.
Hal ini adalah sesuai dengan isyarat Allah SWT, yang disebutkan dalam Q.S. Ali Imron ayat 112 berikut ini :
ôMt/ÎŽàÑ ãNÍköŽn=tã èp©9Ïe%!$# tûøïr& $tB (#þqàÿÉ)èO žwÎ) 9@ö6pt¿2 z`ÏiB «!$# 9@ö6ymur z`ÏiB Ĩ$¨Y9$# râä!$t/ur 5=ŸÒtóÎ/ z`ÏiB «!$# ôMt/ÎŽàÑur ãNÍköŽn=tã èpuZs3ó¡yJø9$# 4 šÏ9ºsŒ öNßg¯Rr'Î/ (#qçR%x. tbrãàÿõ3tƒ ÏM»tƒ$t«Î/ «!$# tbqè=çGø)tƒur uä!$uŠÎ;/RF{$# ÎŽötóÎ/ 9d,ym 4 y7Ï9ºsŒ $yJÎ/ (#q|Átã (#qçR%x.¨r tbrßtG÷ètƒ ÇÊÊËÈ  
Artnya :
“ Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, Dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu.  Karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas “.

3.      Sistem pendidikan
Untuk mewujudkan tujuan - tujuan pendidikan di atas maka haruslah dibuat sebuah sistem yang dapat menghantarnya, diantara sistem - sistem dimaksud maka dapat diterapkan dalam institusi pendidikan berikut ini :

1)      Masa permulaan Islam
Tahap ini adalah mencakup pendidikan pada zaman Rasulullah (609 - 632 M) dan para Khulafaur Rasyidin, diantaranya :
-          Dar al - arqam
-          Masjid
-          Suffah
-          Kuttab
2)      Masa tabi’in dan seterusnya
Masa ini meliputi zaman kerajaan umaiyyah (662 - 750 M) dan abbasiyah (751 - 1258 M).  Pada zaman ini, institusi pendidikan yang awal sepertimasjid dan kuttab terus dikembangkan hasil dorongan dan motivasi dari para khalifah yang memerintah.  Selain itu, institusi pendidikan tinggi dan lanjutan mulai dipekenalkan sehingga melahirkan banyak sarjana dan cerdik pandai Islam dalam berbagai ilmu. Diantaranya :
-          Manazil ulama dan istana
-          Perpustakaan (secara umum dapat dibagi 3 bagian) :
a.       Perpustakaan umum
b.      Perpustakaan semi umum
c.       Perpustakaan khusus
-          Madrasah


B.     Konsep Dakwah Islamiyah

Secara bahasa dakwah berasal dari bahasa arab “ da’a yad’u “  yang berarti menyeru, memanggil dan mengajak. Sedangkan arti dakwah secara istilah menurut para pakar adalah sebagai berikut :

1.      Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat Islam dari satu keadaan kepada keadaan lain.
2.      Menurut Syeh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pendapat ini selaras dengan Imam Al - Ghazali yang mengatakan amar ma’ruf adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat.

Risalah Islam yang universal merupakan rahmat bagi alam semesta sebagaimana yang digambarkan oleh Allah merupakan seruan kepada kebaikan umat manusia. Rahmat atau kebaikan ini menurut Qardhawi tampak jelas dalam beberapa prinsip atau nilai luhur yang diserukan oleh Islam.  Dia menunjukkan beberapa prinsip yang menonjol dalam pendidikan dakwah Islamiyah sebagai berikut :
a.       Dakwah untuk membebaskan manusia dari penyembahan kepada manusia.
b.      Dakwah untuk keadilan seluruh umat manusia
c.       Dakwah untuk perdamaian dunia.
C.    Retorika Dakwah di Era Globalisasi

Dalam menghadapi tantangan global yang menjadikan dunia seolah menjadi dekat seperti satu kampong saja, kejadian di suatu negara dapat diterima secepat kilat beritanya oleh negara lain. Kecanggihan komunikasi dan informasi semakin hari semakin menakjubkan.
Dengan kecangghan alat komunikasi pada saat ini para kepala negara melakukan rapat dengan kepala negara lain tanpa harus beranjak dari tempat duduk negaranya.

            Dengan kecanggihan seperti di atas menurut Qordhawi maka dakwah Islamiyah harus memiliki retorika dan karakteristk yang mendasar, yang mampu mengantarkan substansi dakwah kepada semua umat manusia. Dapat memuaskan nalar mereka dengan hujjah yang nyata, tidak menyimpang dari hikmah dan tidak melenceng dari pembicaraan yang terbaik.

Menurut Qardhawi karakteristik retorika dakwah yang harus dimiliki oleh setiap da’i adalah sebagai berikut :

1.      Mengajak manusia untuk beriman kepada Allah dan tidak mengingkari keberadaan-Nya
2.      Meyakini wahyu dan tidak menafikkan akal
3.      Menyeru spiritual dan tidak menyepelekan material
4.      Memperhatikan ibadah - ibadah syariah dan tidak melupakan nilai - nilai moral
5.      Berdakwah guna mengagungkan aqidah, menyebar toleransi dan kasih sayang
6.      Mengajak kepada keseriusan dan konsistensi
7.      Berorientasi global dan tidak menyepelekan aksi lokal
8.      Mencermati modernitas dan berpegang taguh pada orsinalitas.

Dari penjelasan di atas Qordhawi mencoba meneropong esensi retorika berdakwah dalam Islam yaitu untuk menegakkan keadilan dalam seluruh sendi kehidupan, dan menepis tudingan Amerika yang menganggap umat Islam telah keliru di dalam memahami esensi dakwah.



III. KESIMPULAN / PENUTUP

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1.      Pendidikan menurut Islam ialah satu proses yang berkesinambungan untuk merubah, melatih, dan mendidik akal, jasmani dan rohani manusia dengan berasaskan nilai - nilai Islam yang bersumber dari wahyu untuk melahirkan insan yang bertaqwa dan mengabdikan diri kepada Allah SWT, untuk mendapatkan kejayaan di dunia dan akhirat.
2.      Dakwah Islamiyah merupakan ajakan dari seseorang (da’i) kepada umat (mad’u) berbuat kebaikan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan melarang mereka untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar
3.      Prinsip yang menonjol dalam pendidikan dakwah Islamiyah yaitu :
a)      Dakwah yang membebaskan manusia dari penyembahan kepada manusia
b)      Dakwah untuk keadilan seluruh umat manusia
c)      Dakwah untuk perdamaian dunia.
4.      Karakteristik retorika dakwah yang harus dimiliki setiap da’i ialah :
1)      Mengajak manusia untuk beriman kepada Allah dan tidak mengingkari keberadaan-Nya
2)      Meyakini wahyu dan tidak menafikkan akal
3)      Menyeru spiritual dan tidak menyepelekan material
4)      Memperhatikan ibadah - ibadah syariah dan tidak melupakan nilai - nilai moral, dll




IV. DAFTAR PUSTAKA


Abdain. Wordpress.com /……./ Metode - Dakwah dalam - Alqur’an / 13 -10-2010

Abubakar, Bahrun. 2000. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzuul. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Al - Azmi, MM. 2005. Sejarah Teks Alqur’an. Jakarta: Gema Insani

Athaillah, A. 2006. Rasyid Ridha : Konsep Teologi Rasional Dalam Tafsir Al - Manar. Jakarta : Erlangga

Dahlan, Rohmad Abd. 1998. Kaidah - kaidah Penafsiran Alqur’an. Bandung :  Mizan

Faiz, Facchruddin. 2003. Hemeneutika Penafsiran Alqur’an. Bandung : Mizan

Shihab, Quraish M. 2000. Tafsir Al - Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al - Qur’an. Ciputat : Lentera Hati


www.stidnafsir.ac.id/index.php? Pendidikan Dakwah dalam Alqur’an/13 - 10 - 2010 / 16.00

No comments:

Post a Comment