Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Thursday, September 22, 2016

Makalah Filsafat Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam merupakan proses tanpa akhir sejalan dengan consensus universal yang diterapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Pendidikan yang terus menerus dikenal dengan “Min al-mahdi ilal al-lahd (dari buaian sampai ke liang lahad) atau istilahnya “life long education”
Tugas pendidikan Islam ini sebagai realisasi dari pengertian tarbiyah al-tabligh dan selanjutnya mewariskan nilai kebudayaan islami.


Sejarah Islam membuktikan, bahwa kemunculan pendidikan sebagai disiplin ilmu yang mandiri berasal dari pemikir non muslim, melalui metode empirisnya mereka telah menemukan konsep dan teori pendidikan, sehingga mereka banyak memberi kontribusi bagi disiplin ilmu yang lain yang berhubungan dengan pendewasaan manusia. Apa yang mereka lakukan sebenarnya merupakan pemahaman terhadap sunnah Allah yang berkaitan dengan periaku manusia, meskipun asumsi yang digunakan berlandaskan hukum alam.
Dalam Adigium ushuliyah dinyatakan bahwa al-wambi maqasidika : bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang ditetapkan. Adigium ini menunjukkan bahwa pendidikan seharusnya berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai bukan semata-mata orientasi pada materi. Maka tujuan pendidikan Islam menjadi komponen pendidikan yang harus dirumuskan terlebih dahulu sebelum merumuskan komponen-komponen pendidikan yang lain.


B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik permasalahan yang perlu pembahasan yaitu :
1.      Apa tujuan pendidikan ?
2.      Apa tujuan pendidikan menurut para tokoh ?
3.      Apa tujuan risalah ?

C.     Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tujuan pendidikan menurut para tokoh dan tujuan risalah.



BAB II
PEMBAHASAN



A.    Tujuan Pendidikan Islam

Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Tujuan akhir harus lengkap (comprehensive) mencakup semua aspek, serta terintregasi dalam pola kepribadian ideal yang bulat dan utuh. Tujuan akhir mengandung nilai-nilai islami dalam segala aspeknya, yaitu aspek normatif dan fungsional, dan aspek operasional. Hal tersebut meyebabkan pencapaian tujuan pendidikan tidak mudah, bahkan sangat kompleks dan mengandung resiko mental-spiritual. Lebih-lebih lagi menyangkut internalisasi nilai-nilai islami, yang di dalamnya terdapat iman, islam dan ihsan, serta ilmu pengetahuan menjadi pilar-pilar utamanya.[1]

Secara teoritis tujuan akhir dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu : [2]
1.      Tujuan normatif
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-norma yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak dinternalisasi, misalnya :
a.       Tujuan formatif yang yang bersifat memberi persiapan dasar yang korektif.
b.      Tujuan selektif yang bersifat memberi kemampuan untuk membedakan hal-hal yang benar dan yang salah.
c.       Tujuan determinatif yang bersifat memberi kemampuan untuk mengarahkan daripada sasaran-sasaran yang sejajar dengan proses pendidikan.
d.      Tujuan integratif yang bersifat memberi kemampuan untuk memadukan fungsi psikis (pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan nafsu) ke arah tujuan akhir.
e.       Tujuan aplikatif yang bersifat memberikan kemampuan penerapan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam pengalaman pendidikan.

2.      Tujuan fungsional
Tujuan yang sasarannya diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk memfungsikan daya kognisi, afeksi, dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang diperoleh, sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan ini meliputi :
a.       Tujuan individual, yang sasarannya pada pemberian kemampuan individual untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan ke dalam pribadi berupa moral, intelektual dan skill.
b.      Tujuan sosial, yang sasarannya pada pemberian kemampuan pengamalan nilai-nilai ke dalam kehidupan sosial, interpersonal, dan interaksional dengan orang lain dalam masyarakat.
c.       Tujuan moral, yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan moral atas dorongan motivasi yang bersumber pada agama (teogenetis), dorongan sosial (sosiogenetis), dorongan psikologis (psikogenetis), dan dorongan biologis, (biogenetis)
d.      Tujuan profesional, yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk mengamalkan kehliannya, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

3.      Tujuan operasional

Tujuan yang mempunyai sasaran teknis manajerial. Menurut Langeveld, tujuan ini dibagi menjadi enam macam, yaitu :
a.       Tujuan umum (tujuan total), mengupayakan bentuk manusia kamil, yaitu manusia yang dapat menunjukkan keselarasan dan keharmonisan antara jasmani dan rohani.
b.      Tujuan khusus, tujuan ini sebagai indikasi tercapainya tujuan umum, yaitu tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan tertentu.
c.       Tujuan tak lengkap, tujuan ini berkaitan dengan kepribadian manusia dari suatu aspek saja, yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu, misalnya kesusilaan, keagamaan. Keindahan, kemasyarakatan, pengetahuan dan sebagainya.
d.      Tujuan incidental (tujuan seketika). Tujuan ini timbul karena kebetulan, bersifat mendadak, dan bersifat sesaat, misalnya mengadakan sholat janazah ketika ada orang meninggal.
e.       Tujuan sementara. Tujuan yang ingin dicapai pada fase-fase tertentu dari tujuan umum, seperti fase anak yang tujuan belajarnya adalah membaca dan menulis.
f.       Tujuan intermedier. Tujuan yang berkaitan dengan penguasaan suatu pengetahuan dan keterampilan demi tercapainya tujuan sementara, misalnya anak belajar membaca dan menulis, berhitung, dan sebagainya.








B.     Tujuan Pendidikan Islam Menurut Para Tokoh

1.      Menurut Ibnu  Taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh Majid ‘Irsan al-Kaylani, tujuan pendidikan Islam tertumpu pada empat aspek, yaitu : (1) tercapainya pendidikan tauhid dengan cara mempelajari ayat Allah SWT, dalam wahyu-Nya dan ayat-ayat fisik (afaq) dan psikis (anfus); (2) mengetahui ilmu Allah SWT, melalui pemahaman terhadap kebenaran makhluk-Nya; (3) mengetahui kekuatan (qudrah) Allah melalui pemahaman jenis-jenis, kuantitas, dan kreatifitas makhluk-Nya; dan (4) mengetahui apa yang diperbuat Allah SWT. (Sunnah Allah) tentang realitas (alam) dan jenis-jenis perilakunya.

2.      Abd al-Rahman Shaleh Abd Allah dalam bukunya, Educational Theory, a Qur’anic Outlook, menyatakan tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi, yaitu :
1)      Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah)
Mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi, melalui keterampilan-keterampilan fisik.
2)      Tujuan pendidikan rohani (al-ahdaf al-ruhaniyah)
Meningkatkan jiwa dari kesetiaan yang hanya kepada Allah SWT semata dan melaksanakan moralitas islami yang diteladani oleh Nabi SAW.
3)      Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah)
Pengarahan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan  menemukan pesan-pesan ayat-Nya yang berimplikasi kepada peningkatan iman kepada sang pencipta.
4)      Tujuan pendidikan sosisl (al-ahdaf al-ijtimaiyah)
Tujuan pendidikan sosial adalah pembentukan kepribadian yang utuh yang menjadi bagian dari komunitas sosial.

3.      Menurut Muhammad Athahiyah al-Abrasy tujuan pendidikan Islam adalah tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hidupnya, yaitu pembentukan moral yang tinggi.

4.      Menurut al-Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, tujuan umum pendidikan Islam tercermin dalam dua segi, yaitu : (1) insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT (2) insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

5.      Ibnu Khaldun, yang dikutip oleh Muhammad Athiyah al-Abrasyi, merumuskan tujuan  pendidikan Islam dengan berpijak pada firman Allah SWT. sebagai berikut :
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# (
Artinya :
“ Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi “ (QS. Al-Qashash: 77)

Berdasarkan firman itu, Ibn Khaldun merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam terbagi atas dua macam, yaitu : (1) tujuan yang berorientasi ukhrawi, yaitu membentuk seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah; (2) tujuan yang berorientasi duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampui menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan, agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.

C.    Tujuan Risalah

Islam sebagai agama yang universal memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan yang bahagia. Nabi Muhammada SAW diutus sebagai petunjuk beragama dan kehidupan di dunia. Dan apa saja yang disampaikan Nabi Muhammad tidak lain adalah wahyu yang diberikan kepada manusia, sehingga dapat penulis kemukakan bahwa tujuan risalah Allah adalah untuk merealisasikan rahmah bagi seluruh alam (rahmah lil al-alamin). Hal ini sesuai dengan firman Allah :
!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ
Artinya :
“ Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. “ (QS. Al-Anbiya’ : 107)

 Ayat di atas, mengandung pengertian tentang hakikat misi Islam. Bila kita mengamati secara mendalam tentang bagaimana Tuhan mendidik alam ini, akan tampak oleh kita bahwa Allah sebagai yang Maha Pendidik (Murabby al-a’dham) dengan kodrat dan iradat-Nya telah mempolakan suatu suprasistem apapun. Sebagai Maha Mendidik menghadapi segala sesuatu yang menyangkut kehidupan di ala mini berjalan dalam suatu sistem, suatu proses yang terjadi secara alami. Hal demikian menjadi contoh bagi makhluk-Nya yang berusaha mengembangkan kehidupan secara manusiawi dan alami sesuai dengan garis yang telah diletakkan Allah.
            Disamping Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas segala-galanya Allah juga berperan sebagai Maha Pendidik terhadap hamba-hamba-Nya. Dia adalah pendidik atas sekalian alam. Para malaikat, rasul, nabi-nabi, serta para wali-wali sampai kepada para ulama yang bertugas menyambung kalam ilahi menjadi hamba yang beriman, bertakwa, dan taat kepada perintah-Nya.

            Al-Razi menafsirkan, bahwa Nabi Muhammad itu diutus sebagai petunjuk beragama dan kehidupan dunia. Sehingga fungsi Al-Qur’an tidak hanya menyeru umatnya untuk mengutamakan amalan keakhiratan tapi juga amalan duniawi. Keperluan antara keduanya harus proposional dengan penekanan bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia. Karena akhirat itulah yang abadi.
















































Kesimpulan



Berdasarkan makalah yang penulis paparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1.      Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam pribadi peserta didik
2.      Secara teoritis tujuan akhir dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
a.       Tujuan normatif
b.      Tujuan fungsional
c.       Tujuan operasional
3.      Tujuan pendidikan menurut para tokoh berbeda dalam penjelasannya, namun tetap sama dalam substansinya, misal :

-          Menurut Muhammad Athahiyah al-Abrasy tujuan pendidikan Islam adalah tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hidupnya, yaitu pembentukan moral yang tinggi.
-          Menurut al-Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, tujuan umum pendidikan Islam tercermin dalam dua segi, yaitu : (1) insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT (2) insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
4.      Tujuan risalah adalah merealisasikan rahmah bagi seluruh alam.

























DAFTAR PUSTAKA



Mas’ud Abdurrachman, dkk. Paradigma Pendidikan Islam, Semarang: FIT IAIN Walisongo. 2001

Ihsan, Hamdani dan Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1998

Muhaimin dan Abd. Mijib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993

Sulaiman, Fathiyah Hasan, Sistem Pendidikan Versi al-Ghazali, Terj. Fathur Rahman, Bandung: Al-Ma’arif. 1986

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media. 2006




[1]. Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir. 2006 . Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media. Hal. 75
[2]. Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir. 2006 . Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media. Hal. 75-77

No comments:

Post a Comment