BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita
meyakini bahwa Al - Qur’an benar - benar mengandung pengetahuan dan petunjuk yang
akan mengarahkan kita kepada keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat.
Keyakinan tersebut tentu tidak akan ada
hasilnya jika kita tidak mempelajari dan mengamalkan pengetahuan serta petunjuk
yang terdapat di dalamnya. Oleh karena
itu, untuk memantapkan keimanan, kita harus mengetahui bukti - bukti kebenaran
Al - Qur’an supaya keimanan kita mempunyai landasan yang kuat dan tidak akan
goyah.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan di atas, maka kami akan
memaparkan permasalahan sebagai berikut :
1.
Apa pengertian Al - Qur’an ?
2. Bagaimana sejarah dan fungsi Al - Qur’an ?
3.
Keotentikan Al - Qur’an
4. Apa bukti - bukti kebenaran
Al - Qur’an ?
C. Tujuan Penulisan
Supaya kita
sebagai muslim mengetahui pengertian Al- Qur’an, sejarah diturunkan dan fungsi
Al - Qur’an serta mengetahui bukti - bukti kebenaran Al - Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al - Qur’an
Menurut
bahasa Al - Qur’an adalah bacaan atau yang di baca, Al - Qur’an merupakan kata
masdar dengan arti isim Maf’ul yang artinya dibaca
Menurut
istilah ahli agama (‘uruf syara’) ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf.
Menurut Asy
- Syaukani dalam Al - Irsyad yang dikatakan Al - Qur’an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada Muhammad yang ditilawatkan dengan lisan mutawattir
penukilnya.
Dari
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Al - Qur’an adalah firman Allah yang
diturunkan dengan perantara malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah dengan
lafadz arab dan makna yang pasti sebagai bukti bagi rasul bahwa dia utusan
Allah, sebagai undang - undang sekaligus manusia dan sebagai sarana pendekatan (seorang
hamba kepada Tuhannya) sekaligus ibadah bagi yang membaca.
Syari’at -
syariat atau petunjuk dalam Al - Qur’an memiliki banyak rambu - rambu jalan,
ada yang berwarna merah, yang berarti larangan, ada pula yang berwarna kuning yang
memerlukan kehati - hatian, dan ada yang berwarna hijau yang melambangkan
kebolehan melanjutkan perjalanan. Ini semua persis dengan lampu - lampu lalu
lintas. Lampu merah tidak memperlambat seseorang sampai tujuan, bahkan ia
merupakan salah satu datang utama yang memelihara pejalan dari bahaya. Demikian
juga halnya dengan Al - Qur’an yang berisi syari’at - syari’at lampu merah atau
larangan agama. [1]
B.
Sejarah Turunnya Al - Qur’an
Serta Fungsi Al - Qur’an
Al - Qur’an pertama kali diturunkan kepada
Nabi Muhammad yaitu pada saat nabi berumur 40 tahun. Pada saat itu Nabi sedang dalam kebingungan
atas kegoncangan iman yang terjadi di masyarakatnya. Mereka menyembah berhala - berhala yang
dianggap sebagai tuhan mereka, karena keadaan yang demikian maka nabi
mengasingkan diri di gua Hira untuk bertafakur sehingga datanglah utusan Allah (Jibril)
untuk menyampaikan wahyu yang pertama yaitu Surat Al - Alaq 1 - 5 :
ù&tø%$#
ÉOó$$Î/
y7În/u
Ï%©!$#
t,n=y{
ÇÊÈ
t,n=y{
z`»|¡SM}$#
ô`ÏB
@,n=tã
ÇËÈ
ù&tø%$#
y7/uur
ãPtø.F{$#
ÇÌÈ
Ï%©!$#
zO¯=tæ
ÉOn=s)ø9$$Î/
ÇÍÈ
zO¯=tæ
z`»|¡SM}$#
$tB
óOs9
÷Ls>÷èt
ÇÎÈ
Artinya :
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Al - Qur’an diturunkan kepada
Muhammad SAW. secara lisan dan berangsur - angsur antara tahun 610 hingga 632 M
atau selama kira - kira 22 tahun.[2]
Diantara sekian
banyak fungsi Al - Qur’an diantaranya adalah sebagai bukti kebenaran Nabi
Muhammad SAW dan petunjuk untuk seluruh umat manusia.
C. Keotentikan Al-qur’an
Al – qur’anul karim memperkenalkan dirinya
dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah bahwa ia
merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang
selalu dipelihara.
Firman Allah S. Al-Hijr : 9
$¯RÎ)
ß`øtwU
$uZø9¨tR
tø.Ïe%!$#
$¯RÎ)ur
¼çms9
tbqÝàÏÿ»ptm:
Artnya :
“ Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”
Selain ayat di atas, kita dapat membuktikan keotentikan Al – Qur’an dengan
bukti - bukti di bawah ini :
1.
Bukti - bukti
dari Al - Qur’an itu sendiri
Sebelum
menguraikan bukti - bukti kesejarahan, ada baiknya saya kutipkan pendapat seorang
ulama’ besar syi’ah kontemporer, Muhammad Husein Al - Thabathaba’iy, yang
menyatakan bahwa sejarah Al - Qur’an demikian jelas dan terbuka, sejak turunnya
sampa masa kini. Al - Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai firman Allah
dan membuktikan hal tersebut dengan menantang siapa pun untuk menyusun seperti
keadaanya. Salah satu bukti bahwa Al - Qur’an yang berada di tangan kita sekarang
adalah Al - Qur’an yang turun kepada Nabi Saw, tanpa pergantian, keadaannya
tetap seperti dahulu.[3]
Dr. Mustofa Mahmud, mengutip pendapat
Rasyad khalifah, juga mengemukakan bahwa Al - Qur’an sendiri terdapat bukti -
bukti sekaligus jaminan akan keotentikannya.[4]
Huruf - huruf hijaiyah yang terdapat pada awal beberapa
surah dalam Al - Qur’an adalah jaminan keutuhan Al - Qur’an sebagaimana
diterima oleh Rasulullah saw, tidak berlebih atau berkurang satu huruf pun.
Kesemuanya habis terbagi 19.
2. Bukti - bukti
kesejarahan
Ada beberapa faktor yang terlebih dahulu harus dikemukakan
dalam rangka pembicaraan kita ini, yang merupakan faktor - faktor pendukung bagi
prmbuktian otentisitas Al - Qur’an : [5]
1) Masyarakat Arab, pada masa turunnya Al - Qur’an adalah
masyarakat yang tidak mengenal baca tulis. Karena itu satu - satunya andalan adalah hafalan.
2) Masyarakat
Arab, pada masa turunnya Al - Qur’an dikenal sebagai masyarakat sederhana dan
bersahaja, menjadikan mereka memiliki waktu luang yang cukup, disamping
menambah ketajaman pikiran dan hafalan.
3)
Masyarakat
Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan.
4)
Al - Qur’an
mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat mengagumkan
bukan saja bagi orang - orang mukmin, tetapi juga orang kafir.
5) Al - Qur’an,
demikian pula Rasul saw. menganjurkan kepada kaum muslim untuk memperbanyak membaca
dan mempelajari Al - Qur’an dan anjuran tersebut mendapat sambutan hangat.
6)
Ayat - Al -
Qur’an turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan peristiwa, serta
menjawab pertanyaan - pertanyaan mereka.
7)
Dalam Al - Qur’an,
demikian pula hadits - hadits Nabi ditemukan petunjuk - petunjuk yang mendorong
pada sahabat untuk selalu bersikap teliti dan hati - hati dalam menyampikan
berita tersebut firman Allah atau sabda Nabi.
Faktor - faktor di atas menjadi penunjang terpeliharanya dan dihafalkannya
ayat Al - Qur’an.
3.
Penulisan
mushaf dan pembukuan Al - Qur’an
Setelah
Rasulullah wafat, maka para sahabat baik anshor maupun muhajirin mengangkat Abu
Bakar menjadi khalifah. Pada awal masa pemerntahannya banyak diantara orang -
orang Islam yang belum kuat imannya sehingga menjadi murtad dari agama dan
menolak membayar zakat, sehingga terjadi peperangan penumpasan orang - orang
murtad yang mana pada perang tersebut gugur 70 orang penghafal Al -
Qur’an.[6] Hal itu menjadikan Umar bin Khatab menjadi
risau tentang masa depan Al - Qur’an, karena itu beliau mengusulkan kepada
khalifah Abu Bakar agar mengumpulkan tulisan - tulisan yang pernah ditulis pada
masa Rasul. Akhirnya dibentuklah tim yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. [7]
Dalam usaha mengumpulkan ayat - ayat Al - Qur’an itu Zaid
bin Tsabit bekerja amat teliti sekalipun beliau hafal Al - Qur’an seluruhnya,
tetapi untuk kepentingan pengumpulan Al - Qur’an yang sangat penting untuk umat
Islam itu, masih memandang perlu mencocokkan hafalan atau catatan sahabat -
sahabat lain dengan disaksikan 2 orang saksi.[8]
Banyak
sekali kesulitan - kesulitan yang dihadapi oleh tim, tetapi akhirnya semua ayat
Al - Qur’an dapat terkumpul dan ditulis dalam mushaf tidak kurang satu ayat pun.
Meskipun
sudah terkumpul namun sampai ke khalifah Abu Bakar wafat belum ada pembukuan.
Akhirnya pada masa Khalifah Utsman dibentuk panitia pembukuan Al - Qur’an yang
terdiri dari : Zaid bin Tsabit (ketua), Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Ash dan
Abdurrahman bin harits bin Hisyam.
Maka
dari mushaf yang ditulis di zaman Utsman itulah kaum muslimin di seluruh
pelosok menyalin Al - Qur’an.
1.
Menyatukan
kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan tulisannya.
2. Menyatukan bacaan, meskipun masih ada kelainan bacaan,
tetapi bacaan itu tidak berlawanan dengan ejaan mushaf - mushaf Utsman
3. Menyatukan tertib susunan surat - surat, menurut tertib
urut seperti yang kelihatan pada mushaf - mushaf sekarang.
D. Bukti - Bukti Kebenaran
Alqur’an
Bukti -
bukti kebenaran Al - Qur’an adalah hal - hal, sesuatu yang nyata yang dijadkan
sebagai pedoman bahwa Al - Qur’an itu otentik, asli tidak dibuat oleh manusia,
tetapi benar - benar bersumber dari Allah.
Kita
sebagai generasi muslim harus mampu menemukan dan mengemukakan secara jernih
sebuah basis yang positif dan rasional bagi keimanan kepada asal - usul ilahiah
kitab suci kita yaitu Al - Qur’an.
Dalam rangka tujuan yang sama para
penafsir klasik (penafsir terdahulu) telah memberikan tekanan khusus kepada aspek
kesusasteraan dari masalah ini. Skap ini dapat dijelaskan dan dibenarkan oleh
sebagian fakta bahwa keindahan tanpa bandingan dan keagungan khas gaya Al -
Qur’an merupakan aspek yang paling menyolok dari semua karakteristik Al -
Qur’an suci ini.[10]
Memang, Al - Qur’an merupakan sebuah
mukjizat abadi dan tanda - tanda kebenarannya tidak terletak hanya pada nilai
kesusasteraannya saja, tetapi juga dalam bidang fisik dan psikologis,
sebagaimana yang dikatakan oleh Al - Qur’an sendiri : Q.S Fushsilat 53 :
óOÎgÎã\y $uZÏF»t#uä Îû É-$sùFy$# þÎûur öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym tû¨üt7oKt öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$# 3 öNs9urr& É#õ3t y7În/tÎ/ ¼çm¯Rr& 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« îÍky ÇÎÌÈ
Artinya :
“ Kami akan memperlihatkan kepada
mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka
sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah
cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu ? “
Selain bukti
dari Al - Qur’an di atas, berbagai hal dan contoh di bawah ini akan menunjukkan
bukti - bukti kebenaran wahyu Al - Qur’an yang tidak terikat oleh ruang dan
waktu, kesesuaiannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
ditemukan umat manusia pada masa jauh setelah Muhammad. Banyak sekali bukti - bukti kebenaran Al -
Qur’an tetapi di sini akan diambil beberapa contoh bukti dari kebenaran Al -
Qur’an.
- Bukti Keindahan Redaksinya
Abdur Razaq Nawfal dalam Al - ijaz Al - Adabiy li Al -
qur’an Al - karim yang terdiri dari 3 jilid mengemukakan sekian banyak contoh tentang
keindahan redaksinya yang di dalamnya terdapat keseimbangan yang sesuai antara kata
- kata yang digunakan, keseimbangan tersebut dapat disimpulkan secara singkat
sebagai berikut : [11]
A. Keseimbangan antara
jumlah bilangan kata dengan antonimnya
Beberapa contoh, di antaranya :
- Al-hayyah (hidup) dan
almawt (mati), masing - masing sebanyak 145 kali;
- Al-naf (manfaat) dan al-madharah (mudarat), masing -
masing sebanyak 50 kali;
- Al-har (panas) dan
al-bard (dingin), masing - masing 4 kali;
- Al-shalihat
(kebajikan) dan al-sayyi’at (keburukan), masing - masing 167 kali;
- Al-thumaninah (kelapangan/ketenangan)
dan al-dhiq (kesempitan dan kekesalan), masing - masing 13 kali;
-
Al-rahbah (cemas/takut) dan
al-raghbah (harap/ingin), masing - masing 8 kali;
- Al-kufr (kekufuran)
dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing - masing 17 kali;
- Al-kufr (kekufuran)
dan al-iman (iman) dalam bentuk datangite, masing - masing 8 kali;
- Al-shayf (musim panas)
dan al-syita’ (musim dingin), masing - masing 1 kali
B. Keseimbangan jumlah
bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya
- Al-harts dan
al-zira’ah (membajak/bertani), masing - masing 14 kali;
- Al-‘ushb dan
al-dhuhur (membanggakan diri/angkuh), masing - masing 27 kali;
- Al-dhallun dan
al-mawt (orang sesat/mati [jiwanya]), masing - masing 17 kali;
-
Al-Qur’an, alwahyu dan al-Islam
(Alqur’an,Wahyu dan Islam) masing - masing 70 kali;
- Al-aql dan al-nur
(akal dan cahaya), masing - masing 49 kali;
- Al-jahr dan
al-‘alaniyah (nyata), masing - masing 16 kali;
C. Keseimbangan antara jumlah
bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya
- Al-infaq (infak)
dengan al-ridha (kerelaan), masing - masing 73 kali;
- Al-bukhl (kekikiran)
dengan al-hasarah (penyesalan), masing -masing 12 kali;
- Al-kafirun (orang -
orang kafir) dengan al-narl/al-ahraq (neraka pembakaran), masing - masing 154
kali;
- Al-zakah
(zakat/penyucian) dengan al-barakat (kebajikan yang banyak), masing - masing 32
kali;
- Al-fahisyah
(kekejian) dengan al-ghadhp (murka), masing - masing 26 kali;
D. Keseimbangan antara
jumlah bilangan kata dan penyebabnya
- Al-israf (pemborosan)
dengan al-sur’ah (ketergesa - gesaan), masing - masing 23 kali;
- Al-maw’izhah
(nasehat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing - masing 25 kali;
- Al-asra (tawanan)
dengan al-ahrb (perang), masing - masing 6 kali;
- Al-salam (kedamaian)
dengan al-thayyibat (kebajikan), masing - masing 60 kali;
E. Di samping
keseimbangan - keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus
1) Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali,
sebanyak hari - hari dalam setahun, sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk
plural (ayyam) ada dua (yawmayni), jumlah keseluruhannya hanya 30, sama dengan
jumlah hari dalam sebulan. Di sisi
lain, kata yang berarti “bulan” (syahr) hanya terdapat 12 kali, sama dengan
jumlah bulan dalam setahun.
2) Al-qur’an menjelaskan
bahwa langit ada “tujuh”. Penjelasan ini diulanginya sebanyak tujuh kali pula,
yakni dalam ayat - ayat Al-Baqarah 29, Al-Isra’ 44, Al-Mu’minun 86, Fushilat
12, Al-Thalaq 12, Al-Mulk 3, Dan Nuh 15. Selain itu, penjelasannya tentang
terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.
- Pemberi Berita Untuk Peristiwa - Peristiwa Yang Akan Datang
Contoh - contoh dari peristiwa
yang dikhabarkan dalam Al - Qur’an adalah :
1)
Kemenangan Bizantium
Penggalan
berita lain yang disampaikan Al Qur’an tentang peristiwa masa depan ditemukan
dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium,
wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa
Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera
memperoleh kemenangan. [12]
Q.S Ar - Rum 1- 4 :
$O!9#
ÇÊÈ
ÏMt7Î=äñ
ãPr9$#
ÇËÈ
þÎû
oT÷r&
ÇÚöF{$#
Nèdur
-ÆÏiB
Ï÷èt/
óOÎgÎ6n=yñ
cqç7Î=øóuy
ÇÌÈ
Îû
ÆìôÒÎ/
úüÏZÅ
3 ¬!
ãøBF{$#
`ÏB
ã@ö6s%
.`ÏBur
ß÷èt/
4 7ͳtBöqtur
ßytøÿt
cqãZÏB÷sßJø9$#
ÇÍÈ
Artinya :
“ Alif laam Miim. Telah dikalahkan
bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat. Dan mereka sesudah dikalahkan itu akan
menang. Dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah
(mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah
orang-orang yang beriman. “
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, datang tujuh
tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia ,
ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat
menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat
hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun,
apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa
Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium.
Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar
Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam
gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak
gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut
berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan
Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia.
Pendek kata, setiap orang menyangka
Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat
pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan
mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi. Kemenangan ini tampak
sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai
bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur’an
takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya
ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu
antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini,
pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan
kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang
mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium.
Akhirnya, “kemenangan bangsa Romawi” yang
diumumkan oleh Allah dalam Al Qur’an, secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat
ini adalah pengumuman tentang fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh
seorangpun di masa itu.
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum,
diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini.
Ungkapan “Adnal Ardli” dalam bahasa Arab, diartikan sebagai “tempat yang dekat”
dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat
tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata “Adna” dalam bahasa Arab
diambil dari kata “Dani”, yang berarti “rendah” dan “Ardl” yang berarti “bumi”.
Karena itu, ungkapan “Adnal Ardli” berarti “tempat paling rendah di bumi”.
Yang paling menarik, tahap-tahap penting
dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium
dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah
di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak
di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. “Laut
Mati”, terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah
di bumi.
Ini
berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis
seperti dikemukakan dalam ayat ini.
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah
bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern.
Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah
wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur’an, daerah ini
dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini
memberikan bukti bahwa Al Qur’an adalah wahyu Ilahi.
2)
Kemenangan di Khaibar dan Makkah
Sisi
keajaiban lain dari Al Qur'an adalah ia memberitakan terlebih dahulu sejumlah
peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al Fath, misalnya,
memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan
menaklukkan Mekah, yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala : [13]
" Sesungguhnya Allah akan
membuktikan kepada Rosul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya
(yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah
dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang
kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu
ketahui, dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (Al
Qur'an, 48:27)
Ketika kita lihat lebih dekat lagi,
ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya kemenangan lain yang akan terjadi
sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan dalam ayat
tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan Benteng Khaibar, yang berada
di bawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah dengan aman.
3)
Ditemukannya jasad Fir’aun
Pada waktu
Qur-an disampaikan kepada manusia oleh Nabi Muhammad, semua jenazah
Fir'aun-Fir'aun yang disangka ada hubungannya dengan Exodus oleh manusia modern
terdapat di kuburan-kuburan kuno di lembah raja-raja (Wadi al Muluk) di Thebes,
di seberang Nil di kota Luxor. Pada
waktu itu manusia tak mengetahui apa-apa tentang adanya kuburan tersebut. Baru
pada abad 19 orang menemukannya seperti yang dikatakan oleh Qur-an jenazah
Fir'aunnya Exodus selamat.[14] Pada waktu ini jenazah Fir'aun Exodus
disimpan di Museum Mesir di Cairo di ruang mumia, dan dapat dilihat oleh
penziarah. Kejadian ini sesuai dengan ayat Al - Qur’an Q.S
tPöquø9$$sù
y7ÉdfuZçR
y7ÏRyt7Î/
cqä3tGÏ9
ô`yJÏ9
y7xÿù=yz
Zpt#uä
4 ¨bÎ)ur
#ZÏVx.
z`ÏiB
Ĩ$¨Z9$#
ô`tã
$uZÏG»t#uä
cqè=Ïÿ»tós9
ÇÒËÈ
Artinya :
“ Maka pada hari Ini kami
selamatkan badanmu. supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan
dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.”
- Bukti - Bukti Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK)
Dalam Al - Qur’an banyah sekali
bukti - bukti ilmu pengetahuan dan tekhnologi, baik tentang ilmu astronomi,
fisika, maupun obat - obatan, tetapi di sini akan kami ambil beberapa sebagai
contoh : [15]
a)
Kejadian manusia di dalam rahim
Q.S Al -
Hajj 5 :
4 É)çRur
Îû
ÏQ%tnöF{$#
$tB
âä!$t±nS
#n<Î)
9@y_r&
wK|¡B
Artinya :
“…Dan
kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, ……“,
Telor yang sudah dibuahkan
dalam "Trompe" turun bersarang di dalam rendahan (cavite) Rahim
(uterus). Inilah yang dinamakan "bersarangnya telur." Qur-an menamakan uterus tempat telor
dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).
Menetapnya telur dalam rahim
terjadi karena tumbuhnya (villis) yakni perpanjangan telor yang akan mengisap
dari dinding rahim, zat yang perlu bagi membesarnya telor, seperti akar
tumbuh-tumbuhan masuk dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telor
dalam Rahim. Pengetahuan tentang hal ini baru diperoleh manusia pada zaman
modern. Pelekatan ini disebutkan dalam Qur-an 5 kali. Mula-mula dua ayat
pertama surat 96 ayat 2.
" Yang menciptakan manusia
dari sesuatu yang melekat."
b) Peredaran benda -
benda angkasa dalam garis edarnya
Sebagai contoh benda angkasa adalah
matahari dan bulan, dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak
dalam orbit atau garis edar tertentu. Q.S Al - Anbiyaa’ 33
uqèdur
Ï%©!$#
t,n=y{
@ø©9$#
u$pk¨]9$#ur
}§ôJ¤±9$#ur
tyJs)ø9$#ur
( @@ä.
Îû
;7n=sù
tbqßst7ó¡o
Artinya :
“ Dan dialah yang Telah
menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya
itu beredar di dalam garis edarnya.”
Q.S Yaasiin 38 :
ߧôJ¤±9$#ur
ÌøgrB
9hs)tGó¡ßJÏ9
$yg©9
4 y7Ï9ºs
ãÏø)s?
ÍÍyèø9$#
ÉOÎ=yèø9$#
Artinya :
“ Dan matahari berjalan ditempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
Fakta - fakta yang disampaikan dalam Al - Qur’an ini telah ditemukan melalui
pengamatan astronomi di zaman kita.
Demikian pemaparan sedikit contoh
bukti - bukti kebenaran Al - Qur’an
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Al - Qur’an adalah
firman Allah yang diturunkan dengan perantara malaikat Jibril ke dalam hati
Rasulullah dengan lafadz arab dan makna yang pasti sebagai bukti bagi
Rasulullah bahwa dia utusan Allah, sebagai undang - undang sekaligus petunjuk
manusia.
2. Al - Qur’an diturunkan kepada Muhammad SAW. antara tahun
610 hingga 632 M. Diantara sekian banyak fungsi Al - Qur’an diantaranya adalah
sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW dan petunjuk untuk seluruh umat
manusia.
3. Bukti - bukti
keotentikan Al - Qur’an dapat ditemukan dari :
-
Bukti - bukti dari Al - Qur’an itu sendiri
-
Bukti - bukti kesejarahan
-
Bukti - bukti adanya penulisan mushaf dan
pembukuan Al - Qur’an
4.
Bukti - bukti kebenaran Al -
Qur’an adalah : hal - hal, sesuatu yang nyata yang dijadikan pedoman bahwa Al -
Qur’an itu otentik, asli tidak dibuat oleh manusia, tetapi benar - benar
bersumber dari Allah.
5.
Sebagai contoh dari bukti - bukti
kebenaran Al - Qur’an adalah :
a)
Bukti keindahan redaksinya
b) Al - Qur’an pemberi
berita untuk peristiwa - peristiwa yang akan datang
c) IPTEK bersumber dari
Al - Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Bahrun. 2000. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun
Nuzuul. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Al - Azmi, MM. 2005. Sejarah Teks Alqur’an. Jakarta: Gema
Insani
Al - Qur’an dan
Terjemahannya
Ash shiddieqie, Hasbi.
1997. Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir.
Semarang: PT. Pustaka
Dahlan, Rahman Abd. 1998. Kaidah - kaidah Penafsiran Alqur’an.
Bandung : Mizan
Faiz, Fachruddin. 2003.
Hemeneutika Penafsiran Alqur’an. Bandung : Mizan
Infokito.wordpress.com/2007/09/29/bukti
- kebenaran - Al-qur’an/14 - 10 - 2010 09.00
Media.isnet.org/islam/quraish/membumi/14 -10 - 2010 / 09.00
Nabi, Ben Malik. 2002 Fenomena Al - Qur’an. Bandung : Marja’
Shihab, Quraish M. 1994. Membumikan
Al - Qur’an. Bandung
: Mizan
Shihab, Quraish M. 2000. Tafsir
Al - Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al - Qur’an. Ciputat : Lentera
Hati
[3]. Muhammad Husain Al - tabhathaba’iy. Al - Qur’an fi Al - Islam, Markaz I’lam Al - Dzikra Al Khamisah li Intizhar
Al - Tsawrah Al - Islamiyah. Teheran. Hlm.175
No comments:
Post a Comment