Memiliki wajah ayu adalah sebuah
berkah, tetapi bagi sebagian wanita bisa menjadi musibah, begitu yang dirasakan
Ami ketika ia lelah menampik godaan demi godaan yang datang kepadanya bertubi-tubi.
Kepada para pelanggan pria yang tengah asyik menyantap hidangan khas restoran ingkong ayam si Mami bos restoran tampak
sering berbisik-bisik sembari melirik-lirik ke Ami yang wara wiri menyajikan
pesanan, seolah memberi isyarat atau mempersilahkan para lelaki untuk menggoda
Ami.
Mengetahui posisinya sebagai ibu muda
yang memiliki tanggungan anak dan sudah setengah tahun ditinggal suaminya
merantau ke luar negeri, membuat para lelaki hidung belang melempar iming-iming
uang. Apalagi di rumah makan tempat Ami
bekerja memang dikenal memberi servis plus-plus. Para pelanggan yang kebanyakan
pria pemuja syahwat langsung tergiur melihat kemolekan Ami. Sebelum atau
sesudah makan para pelanggan bisa mencicipi layanan spa atau pijat yang disediakan
di lantai 3.
Salah seorang teman bekerja Ami
blak-blakan bercerita, bahwa pada awalnya niat bekerja di rumah makan tersebut memang menjadi pramusaji seperti
yang tertera pada iklan lowongan kerja, namun lama kelamaan ia tergiur dengan
uang tambahan yang bahkan lebih besar dari gaji bulanan bila mau melayani pijat
pelanggan beberapa kali saja dalam satu bulan.
Ami bukanlah wanita lugu dan polos,
namun itu tidak serta merta membuatnya tahu dengan gamblang bahwa yang dimaksud
melayani “pijat” adalah memuaskan syahwat laki-laki tidak dikenal. Ami hanya
berfikir bahwa sekedar memijat dengan menyentuh jengkal demi jengkal tubuh laki-laki
yang bukan muhrim termasuk perbuatan tabu dan berdosa. Sampai pada suatu hari….
BERSAMBUNG…
No comments:
Post a Comment