Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Wednesday, April 8, 2020

Sabrang Mowo Damar Panuluh : Perbedaan Personalitas dan Identitas



Personalitas adalah apa yang diberikan Tuhan kepada kita tanpa kita bisa menawar, misalnya seperti saya rambutnya keriting wajahnya ngganteng kayak gini itu saya nggak bisa tawar menawar ^_^
Itu kita tidak bisa usul, warna kulit misalnya kita nggak bisa punya punya pendapat, tau-tau dikasih seperti ini. Itu yang saya sebut sebagai personalitas, yang dikasih Tuhan tanpa kita bisa negosiasi. Sedangkan..
Identitas adalah apa yang kita kumpulkan sepanjang hidup, contoh badan kita adalah dikumpulkan dari apa yang kita makan. Kepercayaan dalam diri, bagaimana kita memandang diri dikumpulkan dari ilmu yang kita serap.
Kalau orang dalam lingkungan yang bapak dan ibunya Islam kemudian ia Islam, gitu kan, karena itu yang ia asup dari sekitar. Tapi dia suatu saat kan bisa memutuskan “aku tidak islam” karena aku tidak tahu islamku ini islam benar atau karena lingkungan.
Ada jarak antara personalitas dan identitas. Identitas itu bisa berubah terus setiap saat karena apa yang kita serap akan masuk ke dalam diri kita, ada asupan makanan ada asupan pikiran. Kalau asupannya jelek-jelek terus keluarnya akan jelek. Kalau asupannya baik-baik terus bisa-bisa malah naif. Jadi kalau di maiyah ini saya merasa kita ini belajar kesimbangan. Ya baik dimakan jelek ya dimakan terus diaduk untuk kita ambil kesimpulan yang kita berdaulat dan mandiri menyimpulkannya.
“Kenapa kalau Cak Nun ngomong fleksibel lah”, karena rumus yang sama tidak berjalan untuk semua orang. Itu karena personalitasnya berbeda setiap manusia. Lahirnya kan berbeda-beda, identitasnya juga dengan model yang berbeda. Orang tuanya beda, lingkungannya beda, pengalaman hidupnya beda, sehingga rumus dalam hidupnya berbeda untuk masing-masing orang. Walaupun kita bisa mencontoh dari orang lain, melihat orang lain, tapi kita harus bisa memodifikasi agar pas dengan diri kita.
Dalam melangkah itu pasti terjadi benar salah benar salah. Kalau saya sering ngomong; percayalah bahwa kamu tidak akan pernah mencapai kebenaran, itu agak ekstrim. Karena semua kebenaran yang kau pahami sekarang itu adalah kesalahan yang belum kau pahami.
Kamu tahu satu hal benar (untuk saat ini) tapi dengan pengalamanmu dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pemahamanmu, bisa saja “oh belum benar yang kemaren, ini ada yang lebih benar lagi”.
Dan terus (mencari kebenaran), kalau dalam Islam diajak ihdinassirotul mustaqim, tunjukkan jalan yang benar. tambah benar tambah benar, tambah presisi. Tadinya taunya kilometer menjadi tahu meter menjadi tahu sentimeter menjadi milimeter, mikro, nano, dan seterusnya, sangat-sangat kecil dan menjadi sangat presisi.
Keluasan berpikir itu bisa membuat kita memahami identitas yang lain, kita bisa memahami personalitasnya seperti ini, identitasnya seperti ini, kita bisa menyelami. Sehingga kalau kita bisa paham kebenaran semakin banyak orang, menurut saya itu modal utama untuk memahami tajjali Tuhan yang bermacam-macam.
Salah satu cara mendekati Tuhan adalah memahami ciptaan-Nya. Tidak mudah menghakimi benar-salah, karena menurut saya kita semua sesama siswa, dan sesama siswa tidak bisa mengisi raport. Yang bisa mengisi raport hanya Tuhan. Lebih baik saling belajar dan mencari apa yang benar bukan siapa yang benar.

Sumber :
Ceramah Sabrang Mowo Damar Panuluh dalam acara Maiyahan
Video asli di Channel YouTube : Universitas Kehidupan (22/01/2019) dengan judul Noe Letto : Personalitas, Identitas dan Kebenaran – MAIYAH

No comments:

Post a Comment