Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Monday, May 1, 2017

Cinta Untuk Sum




“ Aku harus memilikimu, tak peduli apa yang akan terjadi nanti, biarlah mereka terluka, biarlah orang-orang berkata apa, hidupku sudah sangsai terlalu lama, aku hanya ingin merasakan cinta yang sesungguhnya, aku yakin itu hanya bisa kudapat darimu Arga “
Tak henti-hentinya Sum menatap foto Arga di layar ponselnya yang perlahan membasah karna derai air mata.

Sum, wanita muda yang kini sendiri bekerja di ibu kota, jauh dari keluarga, jauh dari suami yang mulai jengah dan acuh kepadanya.
Pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun rupanya tidak semakin membuat Sum dan suaminya semakin mengenal, saling mengerti, saling mengisi kekurangan, justru pernikahan itu malah menampakkan perbedaan di antara keduanya, yang dulu sepakat untuk mengucap janji cinta yang sakral di pelaminan.

Tak mudah bagi seorang Sum untuk berdaptasi di keluarga ke dua, dengan mertua, dengan ipar, dan dengan tetangga yang berbeda kultur dan sosial dari kampung asalnya.
Kerikuhan yang terjadi tiap hari akhirnya memaksa Sum untuk kembali ke Jakarta, lari dari masalah yang membebani hatinya. Jakarta yang mempertemukan Sum dengan suaminya ketika sama-sama bekerja dulu, kini Jakarta pula yang mulai memudarkan cinta mereka.
Sum ingin sekali menetap di kampung, merawat ayah dan ibu kandungnya yang semakin melemah tenaganya karna faktor usia.  Sementara itu Edo suaminya kekeh mengajaknya tinggal di Semarang bersama ayah dan ibunya dengan alasan pekerjaan.

Tidak ada jalan temu, Sum nekat ke Jakarta untuk bekerja yang sebetulnya hanya ia jadikan alasan untuk lari dari rumah mertua yang terasa bagai neraka baginya. Sedangkan Edo membiarkannya begitu saja karna hati yang dikuasai akan egonya perlahan mulai tidak memperdulikan Sum yang ngotot ingin tinggal di kampung kelahiran, tentu saja ada bujuk rayu dari ibu Edo yang tidak begitu akrab dengan Sum semenjak mulai jadi anak mantu.
“sudahlah Do.., kalau memang tidak bisa diatur.. , ya tinggalkan saja, masih banyak kok gadis cantik di luar sana yang cocok dengan keluarga kita”
Kata-kata nasehat yang bernuansa sinis dari sang ibu membuat Edo semakin tak perduli terhadap Sum, betah berminggu-minggu tidak telepon atau sekedar berkirim pesan kepada istrinya.

Siapa Arga ?
Arga bukan lah seorang yang istimewa, hanya pria biasa yang sejak kecil sudah terlahir sebagai tetangga Sum.
Arga remaja sangat mengidolakan Sum yang berparas ayu, sayang obsesi Arga terhadap Sum tiada sampai karna banyaknya pria yang memperebutkan perhatian Sum.  Seiring perjalanan waktu Arga dan Sum tumbuh dewasa tanpa saling mengenal kecuali sekedar sebagai tetangga, tidak lebih, bahkan tiada pernah saling sapa sekalipun.

Arga dan Sum bertemu tanpa sengaja di facebook. Saling berbalas komentar dan berkirim pesan lewat inbox.  Sum yang waktu itu sudah lelah akan petualangan cintanya tiba-tiba jatuh hati kepada Arga.  Entah apa yang disukai Sum dari Arga, bagi Sum ada sesuatu dalam diri Arga yang selama ini tak pernah ia temukan dari laki-laki yang pernah ia kenal.

Seakan kembali ke masa lalu, masa-masa remaja, Arga terhantui oleh kekagumannya terhadap Sum kala dulu.  Tidak lama sebetulnya mereka berkomunikasi, bahkan hanya sekali saja bertemu untuk berbasa basi, namun kemesraan di antara mereka terjalin begitu saja walau hanya saling berkirim pesan via ponsel.
Arga tidak bisa membohongi hatinya yang perlahan kehadiran Sum mulai menggeser posisi seorang gadis yang kini menjadi kekasihnya. 
“ Betapa aku sudah sangat berdosa, membuat sekat di hatiku untuk ditempati dua orang wanita.  Hati yang begitu rapuh sebenarnya, hati yang berpenyakit, hati yang masih jauh dari-NYA “ batin Arga berkata

Sum kaget saat tiba-tiba mendengar kabar bahwa Arga sudah tunangan.  Antara kecewa dan marah Sum memutuskan kontak secara sepihak dengan Arga.  Sum menghilang begitu saja dari kehidupan Arga tanpa meminta penjelasan dari Arga yang seolah-olah menjadi tokoh antagonis yang mempermaikan hati dua wanita.

DUA TAHUN KEMUDIAN.....
Baik Arga maupun Sum telah menikah dengan kekasih mereka masing-masing.  Kehidupan mereka berjalan selayaknya dua sejoli yang berlayar dengan biduk kecil di tengah samudra kehidupan.

Hingga akhirnya...
Arga dan Sum kembali menjalin komunikasi via pesan chat,
Sum yang menumpahkan seluruh isi hatinya yang sangsai sebab suami dan mertuanya membuat Arga tak bisa tidak kecuali mencoba membesarkan hati Sum untuk lebih tegar menjalani hidup.  Jalan hidup yang sudah dipilih, garis nasib yang sudah menjadi bias kehidupan.
Letupan-letupan api cinta kembali muncul, bara api cinta yang siap kapan saja membakar habis gubuk rumah tangga yang mereka bangun masing-masing, tinggal menunggu angin kencang berhembus menyalakan bara cinta itu.

“Tidak !, aku tidak bisa membiarkan bara ini menyala, aku harus menyiramnya dengan air kesejukan.  Bara yang menghangatkan tubuh sewaktu-waktu akan melukai bahkan membakar habis tubuhku dan tubuh mereka yang tak berdosa “ kata Arga menguatkan hatinya yang mulai lemah
Sum yang semakin rapuh, Sum yang tak mampu lagi berfikir jernih, tak bisa membendung perasaannya untuk berlari dan merebahkan tubuhnya di pelukan Arga.  Ingin memiliki jiwa dan raga Arga yang mampu menentramkan hatinya.  Tapi Sum tetaplah seorang wanita, wanita yang tercipta sama di seluruh jengkal dunia, Wanita yang tercipta dengan perasaan yang begitu halus dan peka, wanita yang sadar betul bagaimana sakitnya hati seorang wanita yang dicampakkan dan dihianati.

“ Apa kamu berfikir tak dapat cinta dariku ? kamu mendapatkannya Sum “
Kata Arga sembari memandang wajah Sum ketika bertemu untuk yang kedua kalinya.
“ Cinta seorang pria kepada wanita hanyalah percikan kecil saja dari cinta Tuhan kepada makhluk-Nya, bagai setetes air di ujung jarum yang diangkat dari luasnya samudra.  Cintaku adalah cinta-NYA juga, cintaku bisa saja palsu sedangkan cinta-NYA jelaslah suci. Diriku bisa salah mengejawantahkan cinta yang dianugerahkan oleh-Nya sehingga menyakiti, sedang Diri-NYA tidak akan pernah menyakiti “

“Tuhan menyayangimu dengan berjuta cara, diriku hanyalah salah satunya, suami mu hanyalah salah satunya, orang tuamu hanyalah salah satunya, siapapun jua hanyalah salah satunya..
Tuhan tidak mencabut cinta di antara kita, tapi Tuhan justru sedang mengajarkan cinta kepada kita berdua, cinta yang menembus ruang dan waktu, cinta yang menguatkan bukan menghancurkan, cinta yang mendewasakan bukan yang mengerdilkan, cinta yang tidak terbagi karna cinta tidaklah untuk dibagi, tapi cinta untuk bisa dirasa dengan berbagai cara, tidak harus selalu berbagi raga... “
Suatu hari, kita akan bahagia dalam keadaan apapun ketika sudah bisa merasakan cinta yang sesungguhnya dari DIA (Tuhan)..
                                                                                           

6 comments:

  1. Nama FB : www.facebook.com/fatim.good.3 (FATIM GOOD)
    .

    Ceritanya keren.
    Ini pakai pandangan orang ketiga (author) ya?
    Ceritanya bagus. Bahasa, kesan dan pesannya mudah dipahami tanpa banyak bahasa majas yang digunakan. Jadi orang-orang yang awam dengan sastra, bisa dengan mudah mencerna pesan dan cerita yang disampaikan.
    Paling suka pas si Arga bilang gini, “Tidak !,aku tidak bisa membiarkan bara ini menyala, aku harus menyiramnya dengan air kesejukan. Bara yang menghangatkan tubuh sewaktu-waktu akan melukai bahkan membakar habis tubuhku dan tubuh mereka yang tak berdosa.“
    Itu yang paling bikin salut. Disaat semua godaan akan perselingkuhan, tapi Arga tetep keukeuh supaya Sum bertahan dengan suaminya begitupun Dia juga berusaha bertahan dengan tunangannya. Sebab Arga percaya, Cintanya makhluk itu tidaklah sebesar Cinta Allah kepada kita. ☺
    Itu menyentuh banget. Adakalanya kita bisa bahagia meski bukan kesenangan yang kita pilih. ☺

    ReplyDelete