Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Tuesday, December 12, 2017

Penulis Sukses Adalah Yang ..



Budi Maryono
Akhir tahun 2006, Selepas isya’ aku geber motor tua Yamah Alfa menuju rumah salah seorang kawan yang ku panggil “Lek Ali”.  Bukan tanpa alasan kupanggil dia “Lek”, karena memang usianya pada waktu itu sudah kepala tiga sedangkan aku baru 17 tahun. Jangan heran, karena pertemanan itu tidak memandang strata dan usia.

Hari sebelumnya aku sudah ijin kepadanya untuk meminjam komputer Pentium 3 rakitan sendiri yang dia miliki sehingga ketika aku ke rumahnya dengan membawa bendelan kertas ia langsung paham apa tujuanku bertamu.

Malam yang semakin hening membuat suara keyboard terdengar semakin nyaring, beradu dengan iringan lagu sendu dari speaker komputer dengan volume bisik-bisik. Entah sejak kapan Lek Ali sudah ngorok di kursi kayu satu-satunya yang ada di ruang tamu, aku tak menyadari karena sebelumnya ia tengah asyik dengan solder dan kabel-kabel.  Ya, dia si tukang servis barang-barang elektronik yang terkenal telaten. 

Saat itu aku mengetik sebuah cerpen yang terlebih dulu aku buat draftnya di kertas HVS yang kubeli eceran di kios fotocopy.  Dengan semangat yang masih lugu haqqul yakin bahwa cerpenku akan diterima oleh koran atau majalah yang nantinya akan mengirimiku imbalan beberapa ratus ribu rupiah.  Begitulah jiwa remaja yang masih benar-benar cubluk akan luasnya dimensi dunia dan ilmu, hanya bermodal nekat karena tertarik kata-kata di kolom majalah dan koran yang berbunyi “Redaksi menerima tulisan dari luar, Karya yang diterima akan mendapatkan imbalan yang layak, syarat tulisan bla bla dan seterusnya” begitulah kira-kira yang aku ingat.

Kesukaanku akan membaca buku-buku di perpustakaan sejak masih SD, di koran-koran bekas, dan majalah milik bapakkku memberi dorongan yang sangat kuat untuk menulis. Aku ingin namaku dikenal banyak orang dan mendapat uang dari tulisan-tulisanku, jujur saja seperti itulah alasanku ingin menjadi penulis.  Aku sisihkan uang saku setiap harinya demi membeli perangko agar karyaku sampai ke alamat redaksi koran dan majalah.

Apakah karyaku diterima ? sudah pasti diterima, tapi tidak dimuat. Terlalu naif memang, seorang siswa Madrasah Aliyah yang masih sangat bodoh berharap tulisannya terpampang di media masa.  Semangat yang karbitan itupun akhirnya mplempem, tidak ada lagi keinginan untuk melakukan hal-hal percuma dengan terus mengirimi redaksi media masa dengan tulisan picisanku, begitulah awal-awal aku masuk dalam dunia menulis sampai suatu hari kenal dengan seorang penulis senior Budi Maryono yang merubah cara berpikirku 180 derajat. Akan kuceritakan nanti kisahnya..

Keinginan untuk menulis itu selalu muncul walaupun aku berusaha menguburnya dalam-dalam. Tiga tahun setelah lulus Aliyah dan mencoba berkenalan dengan dunia kerja yang nyata ternyata tidak serta merta membuatku move on dari keinginan menjadi penulis.  Seolah bara api yang setiap saat bisa berkorbar ketika terhembus angin, ambisiku untuk menjadi penulis profesional pun sekonyong-koyong datang tanpa permisi. Lenyap, datang lagi dan lagi.

“Aku akan menjadi Blogger, tulisan-tulisanku bisa dibaca orang di seluruh penjuru dunia, aku bisa dapat banyak duit dari internet, tidak seperti dulu yang harus mengemis agar tulisan dimuat oleh media massa”. Begitu ku berpikir ketika memantapkan diri untuk menjadi blogger pada  tahun 2011, lewat komunitas penulis dunia maya pula aku mendapatkan kesempatan untuk menulis novel dan buku antologi yang nantinya diterbitkan secara self publisihing atau indie.

Rupanya tidak sesederhana itu arti menulis, aku merasakan juga menyadari namun tidak bisa mendefinisikannya. Jutaan kata sudah kubaca jutaan pula sudah kutulis demi sesuatu yang aku bingung entah untuk apa.  Apakah demi mimpi bergelimang materi dari menulis ataukah demi popularitas yang tak kunjung aku rengkuh ? aku bertanya pada diriku sendiri. 

Kucari dan terus mencari, membaca dan terus membaca, berharap semangat menulis tetap membara dan kusudahi dahaga akan rasa keingintahuan kenapa aku harus menciptakan tulisan demi tulisan daripada melakukan sesuatu yang nyata-nyata lebih menghasilkan. Namun tidak juga aku dapatkan..
Hingga akhirnya…

SEBUAH TULISAN TERBACA OLEH SATU ORANG SAJA YANG KEMUDIAN BERGERAK KE SIKAP, PEMAHAMAN, ATAU APA PUN YANG LEBIH BAIK, ITU ADALAH TULISAN SUKSES
--- BUDI MARYONO ---

Lucu ! quot yang tidak lebih dari 30 kata dari Pak Budi di atas menjawab semua pertanyaan yang selama ini menghantui hidupku.  Yess !! inilah yang selama ini aku cari !! sorakku dalam hati ketika suatu waktu secara tak sengaja melihatnya di wall Facebook pak Budi, seorang penulis senior yang aku kenal di dunia maya, dan baru satu kali saja melihatnya secara langsung di sebuah majlis ilmu “Suluk Maleman” yang aku ikuti.  Hanya melihatnya, bertemu pun tidak, apalagi bertegur sapa dan bersalaman mesra. ^__^

Pak Budi telah mengaduk-aduk kesadaran berfikirku, terimakasih tak terkira untuk arah yang ditunjukkannya dalam ketersesatanku akan tujuan dan pilihan menjadi seorang penulis.  Bukan sekedar hobi, bukan pula untuk menjadikan tulisan sebagai pintu rejeki, tapi harus bisa menjadikan tulisan adalah rejeki untuk orang lain juga. Karena rejeki dari Tuhan yang tiada akan habis adalah pemahaman..
Meminjam quote pak Budi Maryono, Penulis yang sukses adalah penulis yang dengan tulisannya berhasil menggerakkan orang lain untuk bersikap yang lebih baik, walau satu orang saja..

No comments:

Post a Comment