“Monggo
min dimakan kue lapisnya” mas Legiman menawari
“Siap
mas” Sahut Legimin yang sudah sejak pagi buta maen ke rumah mas Legiman—biasa nebeng
wifi.
“
Oh ya mas, kue lapis ini aneh ya, warnanya beda-beda, tapi rasanya kok sama aja”
“ Ya
nggak tau saya, tanyakan aja sama yang bikin Min., kenapa hanya dibuat beda
warna, kenapa tidak sekalian dibuat berbeda-beda juga rasanya”
“
Kenapa bisa begitu mbak? ” Legimin menoleh ke arah mbak Siti yang sibuk mbungkusi
keripik singkong dibantu mas Legiman
“
Ya biar kalian para lelaki tahu, kalau perempuan itu juga begitu, beda-beda
rupanya rasanya tetap sama jua ” kelakar mbak Siti sambil melirik suaminya.
“
wak wak wak, wak wak wak ” Tawa mas Legiman dan Legimin seketika pecah
“
ya tentu beda lah, rasa di mulut boleh sama, tapi kesan pertama tetap beda, warna
merah menggoda tentu lebih menarik daripada yang putih pucet. Betul nggak Min? ”
balas Legiman melirik istrinya juga
“
Oooh, jadi begitu ya! Ya silahkan saja sana ngicipin wanita-wanita lain yang
parasnya lebih menggoda! “
“
ya nggak gitu juga, kan cuma menerangkan saja bahwa penampilan bisa mempengaruhi
selera dan hasrat “
“
Jadi menurut mas penampilanku ini kurang menarik? Kurang seksi? Kurang menggoda?!
“
“Lhoh,
lhoh, dari tadi kan kita ngomongon kue lapis, iya kan Min? “
“
Anu mas, aku pamit pulang sebentar, hapeku batrenya mau habis, mau ngecas dulu “
“
woe… Min.. min.., mau kemana kau….? itu
ada cas nganggur di samping TV”
“
Casnya nggak cocok mas…,” teriak Legimin dari kejauhan
No comments:
Post a Comment