Banyak yang
meyakini bahwa bila ketemu iring-iringan mayit atau jenazah di jalan adalah pertanda sial untuk satu hari itu juga. Sebaliknya bila ketemu iring-iringan
pengantin maka itu pertanda akan dapat hoki atau keberuntungan.
![]() |
image source |
Dari percakapan teman dan beberapa orang di warung yang pernah saya dengar berulang-ulang, seolah semakin memperkuat bahwa anggapan tersebut adalah benar, meskipun sebenarnya saya adalah tipe orang yang sangat sulit mempercayai hal-hal yang bersifat mitos dan irasional.
Seorang teman yang
berprofesi sebagai sales bercerita bahwa suatu hari saat hendak bekerja ia
berjumpa dengan iring-iringan jenazah di jalan.
Kesialan (menurut dia) yang beruntun pun menimpanya Dari menabrak ayam di jalan, omset penjualan
barang yang menurun drastis, sampai ban yang bocor. Nasip apes hari itu ia
rekam betul di memori kepalanya. Hingga
di hari yang lain, dan hari-hari yang lainnya ketika ia bertemu iring-iringan
jenazah nasip apes pun kembali menimpanya, dan ia pun menyimpulkan bahwa ketemu jenazah di jalan adalah pertanda
sial.
Apakah benar nasib apes nya itu karna berjumpa mayit di jalan ? Yuk kita
coba analisa bersama !
Pertama, mari
kita terima asumsi kawan tersebut di atas, anggap saja itu benar-benar
terjadi. Dan kemudian saya bertanya
dengan beberapa teman yang lain. Apa pendapatnya,
dan saya pun mengajak mereka untuk melakukan penelitian ilmiah secara
sederhana dengan memakai hukum probabilitas.
Singkatnya, hukum probabilitas adalah : peluang
atau kemungkinan terjadinya sebuah kejadian atau peristiwa di mana dalam hal kaitannya di atas, siapapun
kita pasti punya “peluang” atau “kemungkinan” akan bertemu iring-iringan di
jalan. Juga berpeluang akan mengalami nasib apes.
Kembali ke mitos bahwa mayit pertanda sial,
Beberapa teman yang saya teliti ada yang
membenarkan, dan beberapa ada yang menolak mitos tersebut. Mereka yang membenarkan dan tidak membenarkan
harus bisa memberikan data, minimal “atas apa yang mereka sendiri” alami.
Data yang saya
maksud adalah, mereka harus memberikan catatan kejadian dalam beberapa kurun
waktu tertentu. Dalam dua bulan misalnya, kejadian-kejadian tersebut harus dihitung
dengan jujur, berapa kali mereka mengalami “kesialan” dan berapa kali mereka
ketemu iring-iringan jenazah di jalan.
Hasilnya : Mereka
yang tidak percaya mengatakan bahwa kerap kali ketemu iring-iringan jenazah dan
tidak ada kesialan apa-apa yang mereka alami, semua aktivitas berjalan baik
seperti hari-hari biasa. Berarti FAKTA
yang terjadi atas mereka yang tidak percaya bahwa jenazah pertanda sial adalah
SALAH !
Bagi mereka yang
percaya “mitos” tersebut ternyata juga menyadari FAKTA yang serupa, bahwa
sejauh mereka mengingat ternyata sudah ratusan kali ketemu iringan
jenazah di jalan. Dan tidak setiap kali ketemu jenazan mereka tertimpa kesialan, jadi hanya sebuah kebetulan saja setelah
ketemu jenazah nasib sial menimpa, dan karna sudah terlanjur percaya terhadap
mitos tersebut maka kejadian-kejadian yang sebetulnya “lumrah” saja akan
dianggap sial, misalnya ban bocor.
Nah dari
penelitian sederhana di atas, dapat disimpulkan bahwa ketemu iring-iringan
jenazah di jalan bukanlah sebagai pertanda sebuah “kesialan”. Kita harus melenyapkan mitos tersebut. Kasihan
si mayyit, terus-terusan difitnah sebagai pembawa sial. Justru ketemu mayyit di
jalan adalah sebuah “keberuntungan”
karna sebagai pengingat akan diri kita sendiri bahwa kematian selalu mengintai
kita.
Lebih dari itu, kalau kita mau berfikir positif
kejadian ban bocor misalnya, yang menurut kita adalah sial maka itu adalah
sebuah keberuntungan atau hoki untuk tukang tambal ban. Dan sebenarnya kita sangat beruntung karna
dijadikan Tuhan sebagai perantara rejeki untuk sesama.
No comments:
Post a Comment