Setiap manusia yang masih
bernafas pastilah akan berhadapan dengan masalah, entah itu masalah jangka
pendek seperti kondisi paru-paru dan ketersediaan oksigen di dalam ruangan,
masalah jangka menengah tentang kualitas udara di lingkungan, ataukah masalah
jangka panjang soal pepohonan yang semakin hari-hari semakin berkurang di dunia
ini. Hallah.., kok kesannya malah mendramatisir gitu ya..,
Oke, to the poin saja, Tema
yang akan kita bahas kali ini adalah perihal masalah, berbicara soal masalah
yang paling dasar adalah masalah pribadi, kemudian masalah dengan orang lain,
dan yang lebih besar nan luas lagi masalah dengan lingkungan.
Pertama,
masalah pribadi. Masalah pribadi adalah sesuatu hal yang
berkaitan dengan diri kita sendiri, seperti masalah kesehatan, masalah
finansial, masalah pubertas, masalah jati diri, masalah emosional, dan
lain-lain yang tidak ada hubungannya dengan siapapun atau apapun. Meskipun
masalah ini bersifat pribadi, tapi ada baiknya bila kita bisa melihat masalah
tersebut bukan hanya dari satu sudut pandang saja. Misalnya, masalah kesehatan. Biasanya
seringkali kita melihat masalah kesehatan hanya dari sudut pandang medis saja.
Sebab akibat yang kita ukur hanya seputar pada bidang ilmu kesehatan kekinian,
kita sering lupa menilik bahwa ada dimensi-dimensi ilmu lain yang bisa kita
pakai untuk meneropong jasad fisik kita ini. Padahal di luar kaca mata medis
ada kaca mata lain yang bisa kita pakai, misalnya kaca mata kerohanian. Bahwa
sebab sakit dan sehat tidak melulu berkaitan dengan bakteri, virus, makanan
yang selektif, pola hidup sehat, dan lain sebagainya.
Semua hal berkaitan dengan
biologis patut kita perhatikan, tapi jangan sampai kita mengabaikan hal-hal yang
bersifat metafisik. Misalnya dengan tetap menjaga pikiran yang positif dan
suasana hati yang semeleh. Percaya atau tidak itu sangat berkaitan
dengan kesehatan kita karena tubuh ini pada hakekatnya dikendalikan oleh jiwa.
Jiwa atau psikis yang sakit pasti akan membuat jasad kita lama-lama tersakiti,
penyakit satu persatu akan menghinggapi.
Kemudian masalah finansial
misalnya, kita seringkali menganggap hidup kita ini apes dan bermasalah ketika
finansial tidak seperti yang kita harapkan. Bila hanya melihat dari sudut
pandang duniawi saja ya memang benar bahwa kita memang bermasalah, tapi bila
kita mau melihat dari sudut pandang yang lain, misalnya kita bisa
berandai-andai perbuatan sia-sia atau perilaku apa saja yang terlewatkan karena
batal terlaksana sebab kita tidak sedang memiliki uang berlebih. Tentunya kita
pasti memiliki keinginan ingin membeli dan ingin melakukan ini dan itu,
berhubung kita tidak memiliki uang maka tidak terlaksana, dan belakangan kita menyadari
bahwa hal-hal yang kita ingini sebelumnya itu ternyata hal yang sama sekali
tidak penting.
Kedua,
masalah dengan orang lain. Masalah lapis kedua ini tentu akan
lebih rumit dibanding masalah pribadi. Pada masalah ini kita dihadapkan pada
dimensi pemahama dan dimensi peristiwa yang saling tumpang tindih. Sebagai contoh
bila kita sedang berselisih paham dengan orang lain bahkan sampai berdebat,
lebih-lebih sampai bertengkar. Pada masalah ini bisa jadi kita yang memang
salah dalam memahami perkataan orang lain, kita terlalu egois, emosional, dan
bersikap kaku. Mungkin saja ada sebab kondisional yang kita alami, berlaku juga
pada lawan kita, bisa jadi orang yang sedang berselisih dengan kita juga sedang
mengalami anomali psikis. Lebih-lebih bila ternyata ada pihak ketiga yang
sedang mengadu domba. Jadi kita harus memproyeksikan segala kemungkinan yang
terjadi, dengan begitu kita akan bisa lebih luwes menghadapi orang lain.
Ketiga,
masalah dengan lingkungan. Masalah dengan lingkungan baik
lingkungan kecil maupun yang lebih besar lagi adalah masalah yang tiada akan
selesai. Belum lagi kita secara pribadi bisa menerima apa yang ada dan apa yang
terjadi, ditambah lagi orang lain yang jamak jumlahnya, dan masing-masing
antara orang satu dengan yang lainnya pastilah memiliki interaksi masalah yang
sama kompleksnya. Sebagai contoh, bila ada suatu fenomena sosial atau budaya di
masyarakat kita. Kita sebagai individu memiliki sebuah pandangan, pandangan
kita bisa jadi sama atau sepaham dengan beberapa orang, namun sikap yang
diambil oleh orang lain yang sepaham dengan kita itu sudah pasti akan berbeda,
karena mereka juga sedang berkompromi dengan pandangan orang lain.
Sebuah lingkungan sosial
laksana puzzle yang saling berkaitan. Keping yang satu cocok dengan yang
sebelahnya namun tidak akan cocok dengan keping yang lain, namun ketika
disatukan akan membentuk satu bidang yang utuh.
Setelah kita bisa menerima
bahwa ada berbagai sudut pandang yang tidak terbatas dalam melihat sebuah
masalah, kita masih dihadapkan lagi pada kenyataan bahwa sudut pandang hanyalah
bentuk kecil dari realitas kehidupan manusia. Di luar realitas yang lazim
dialami manusia ada realitas lain yang juga tidak terbatas. Kesadaran akan
benar salah bisa jadi hanya sebuah ilusi, maka tidak ada lain kita harus
menerima setidaknya meyakini bahwa suatu masalah sebenarnya bisa jadi bukanlan
sebuah masalah.
No comments:
Post a Comment