PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam, yang telah
memerintahkan manusia untuk menyeru saudaranya dengan hikmah, mauidhah hasanah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan bagi Nabi
Muhammad SAW, penuntun umat manusia ke jalan yang benar melalui wahyu dan
sabdanya, sehingga melahirkan ulama – ulama
dan intelektual yang berkualitas yang mampu menjawab berbagai
permasalahan yang dibutuhkan oleh umat pada zamannya.
Tujuan pendidikan merupakan suatu kondisi yang menjadi
target penyampaian pengetahuan.
Kesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat
Islam ini tidak muncul secara spontan melainkan merupakan efek dari sebuah
proses panjang yang dimulai pada masa awal Islam (masa ke-Rasulan Muhammad).
Tujuan pendidikan tidak hanya semata – mata membentuk
manusia agar membangun hubungan yang baik secara vertical kepada Allah SWT.
saja, tetapi harus pula berujung pada terbentuknya hubungan horizontal yang
harmonis terhadap sesama manusia dan alam sekitarnya.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis akan mengemukakan
permasalahan sebagai berikut :
1)
Apa ma’na pendidikan menurut Islam
?
2)
Bagaimana dakwah Islamiyah itu ?
3)
Apa saja prinsip yang menonjol
dalam pendidikan dakwah Islamiyah ?
4)
Apa saja
karakteristik retorika dakwah
yang harus dimiliki
oleh setiap da’i ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini yaitu :
1)
Mengetahui ma’na pendidikan menurut
Islam
2)
Mengetahui konsep dakwah Islamiyah
itu
3)
Mengetahui prinsip yang menonjol
dalam pendidikan dakwah Islamiyah
4)
Mengetahui karakteristik retorika
dakwah yang harus dimiliki oleh setiap da’i.
II.
PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan Islam
1.
Makna pendidikan
Menurut
Ngalim Purwanto pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan
dengan anak – anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan. Hasan Langgulung (1987)
menegaskan pendidikan sebagai perubahan dan memindahkan nilai - nilai kebudayaan
kepada setiap individu masyarakat melalui berbagai proses – proses pemindahan tersebut
ialah pengajaran, latihan dan indoktrinasi.
Pemindahan
nilai – nilai melalui pengajaran ialah memindahkan pengetahuan dari individu
kepada individu yang lain; dan latihan ialah membiasakan diri melakukan sesuatu
untuk memperoleh kemahiran. Sementara indoktrinasi juga menjadikan seseorang
dapat meniru apa yang dilakukan oleh orang lain. Ketiga proses ini berjalan
serentak dalam masyarakat primitif dan modern. Sedangkan pendidikan dalam Islam
merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif
(kedewasaan), baik secara akal, mental, maupun moral, untuk menjalankan fungsi
kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba di hadapan Kholiq-nya dan sebagai
pemelihara (khalifah) pada semesta. Karenanya, fungsi utama pendidikan adalah
mempersiapkan peserta didik (generasi penerus) dengan kemampuan dan keahlian
(skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah
masyarakat (lingkungan).
Dalam lintasan
sejarah peradaban Islam, peran pendidikan ini benar – benar bisa dilaksanakan
pada masa – masa kejayaan Islam, hal ini dapat kita saksikan, dimana pendidikan
benar – benar mampu membentuk peradaban, sehingga peradaban Islam menjadi
peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang jazirah Arab, Asia barat hingga Eropa timur. Untuk itu adanya sebuah paradigma pendidikan
yang memberdayakan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan.
Kesadaran
akan urgensi ilmu pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat Islam ini tidak
muncul secara spontan melainkan merupakan efek dari sebuah proses panjang yang
dimulai pada masa awal Islam (masa ke-Rasulan Muhammad). Pada masa itu Muhammad senantiasa menampakkan
kesadaran pada sahabat dan pengikutnya akan urgensi ilmu dan selalu mendorong
umat untuk senantiasa mencari ilmu.
Hal ini
dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadits yang menjelaskan tentang
urgensi dan keutamaan (ilmu) dan orang yang memiliki pengetahuan. Bahkan dalam sebuah riwayat yang sangat
terkenal disebutkan bahwa Nabi Muhammad menyatakan menuntut ilmu merupakan
sesuatu yang diwajibkan bagi umat Islam, baik laki – laki maupun perempuan.
Setelah
wafatnya Nabi Muhammad dan para sahabat, umat Islam secara umum tetap melanjutkan
misi ini dengan menanamkan sesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan kepada
generasi – generasi sesudahnya, sehingga kesadaran ini menjadi sesuatu yang
mendarah daging di kalangan umat Islam dan mencapai puncaknya pada abad XI
sampai awal abad XIII M. Qardhawi juga memandang bahwa semua ilmu bisa
islami dan tidak islami, tergantung kepada orang yang memandang dan
mempergunakannya. Pemisahan ilmu secara dikotomis itu menurut Qhardhawi, telah
menghambat kemajuan umat Islam.
Meskipun demikian
setidaknya ada tiga hal penting yang
perlu mendapatkan perhatian serius tentang dikotomis atau non dikotomis yaitu :
1.
Dalam kerangka teori dan falsafah
yang harus ada di dalam alam bawah sadar manusia bahwasannya ilmu tidak dapat didikotomikan
karma segala pengetahuan adalah telah ada dalam konsep Islam baik yang dapat
dibenarkan sekaligus diterima maupun yang tidak diterima.
2.
Dalam tatanan praktek pendidikan
tidak dapat dipungkiri bahwa ada dan bahkan harus dilakukan pendikotomian ilmu
secara Fiqhul aulawiyat (mengambil yang prioritas) mengingat kemampuan manusia
yang sangat terbatas.
3.
Demikian pula para ulama juga
telah membagi ilmu ke dalam fardlu ‘ain dan fardlu kifayah yang menunjukkan bahwa
pendikotomian dalam arti prioritas adalah hal yang bahkan harus dilakukan.
Jadi pendidikan menurut Islam ialah suatu proses yang berkesinambungan
untuk merubah, melatih, dan mendidik akal, jasmani, dan rohani manusia dengan
berasaskan nilai – nilai Islam yang bersumberkan wahyu bagi melahirkan insan yang
bertaqwa dan mengabdikan diri kepada Allah SWT, untuk mendapatkan kejayaan di
dunia dan akhirat.
2.
Tujuan pendidikan
Secara garis
besar bahwa tujuan pendidikan adalah :
1)
Menciptakan manusia – manusia yang
siap mengarungi kehidupan dalam berbagai sifatnya.
2)
Mempersiapkan peserta didik untuk
mampu hidup bermasyarakat dalam aneka ragam
gejolaknya.
Qarwadi menyebut tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan manusia
dalam menghadapi masyarakat yang sering terdapat di dalamnya kebaikan dan
kejahatan, kemanisan dan kepahitan.
Diantara materi – materi pendidikan yang dapat menghantarkan manusia
untuk mewujudkan tujuan di atas adalah :
-
Al - imaniyah (pendidikan iman)
-
Al - khuluqiyah (pendidikan
akhlaq)
-
Al - jismiyah (pendidikan jasmani)
-
Al - aqiliyah (pendidikan mental)
-
Al - nafsiyah (pendidikan jiwa)
-
Al - ijlimaiyah (pendidikan
sosial)
-
Al - jinisyah (pendidikan seks)
Dari sini dapat pula dilihat pendapat beliau yang secara lebih spesifik
mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya semata - mata membentuk
manusia agar membangun hubungan yang baik secara vertikal kepada Allah SWT.
saja, tetapi harus pula berujung pada terbentuknya hubungan horisontal yang
harmonis terhadap sesama manusia dan alam sekitarnya.
Hal ini adalah sesuai dengan isyarat Allah SWT, yang disebutkan dalam
Q.S. Ali Imron ayat 112 berikut ini :
ôMt/ÎŽàÑ
ãNÍköŽn=tã
èp©9Ïe%!$#
tûøïr&
$tB
(#þqàÿÉ)èO
žwÎ)
9@ö6pt¿2
z`ÏiB
«!$#
9@ö6ymur
z`ÏiB
Ĩ$¨Y9$#
râä!$t/ur
5=ŸÒtóÎ/
z`ÏiB
«!$#
ôMt/ÎŽàÑur
ãNÍköŽn=tã
èpuZs3ó¡yJø9$#
4 šÏ9ºsŒ
öNßg¯Rr'Î/
(#qçR%x.
tbrãàÿõ3tƒ
ÏM»tƒ$t«Î/
«!$#
tbqè=çGø)tƒur
uä!$uŠÎ;/RF{$#
ÎŽötóÎ/
9d,ym
4 y7Ï9ºsŒ
$yJÎ/
(#q|Átã
(#qçR%x.¨r
tbr߉tG÷ètƒ
ÇÊÊËÈ
Artnya :
“ Mereka diliputi kehinaan di mana
saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan
tali (perjanjian) dengan manusia, Dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari
Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu. Karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah
dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan
mereka durhaka dan melampaui batas “.
3.
Sistem pendidikan
Untuk mewujudkan tujuan - tujuan pendidikan di atas maka haruslah dibuat
sebuah sistem yang dapat menghantarnya, diantara sistem - sistem dimaksud maka
dapat diterapkan dalam institusi pendidikan berikut ini :
1)
Masa permulaan Islam
Tahap ini adalah mencakup pendidikan pada zaman Rasulullah (609 - 632 M)
dan para Khulafaur Rasyidin, diantaranya :
-
Dar al - arqam
-
Masjid
-
Suffah
-
Kuttab
2)
Masa tabi’in dan seterusnya
Masa ini meliputi zaman kerajaan umaiyyah (662 - 750 M) dan abbasiyah
(751 - 1258 M). Pada zaman ini,
institusi pendidikan yang awal sepertimasjid dan kuttab terus dikembangkan
hasil dorongan dan motivasi dari para khalifah yang memerintah. Selain itu, institusi pendidikan tinggi dan
lanjutan mulai dipekenalkan sehingga melahirkan banyak sarjana dan cerdik
pandai Islam dalam berbagai ilmu. Diantaranya :
-
Manazil ulama dan istana
-
Perpustakaan (secara umum dapat dibagi
3 bagian) :
a.
Perpustakaan umum
b.
Perpustakaan semi umum
c.
Perpustakaan khusus
-
Madrasah
B. Konsep Dakwah Islamiyah
Secara bahasa dakwah berasal dari bahasa arab “ da’a
yad’u “ yang berarti menyeru, memanggil
dan mengajak. Sedangkan arti dakwah secara istilah menurut para pakar adalah
sebagai berikut :
1.
Pendapat Bakhial Khauli, dakwah
adalah suatu proses menghidupkan peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat
Islam dari satu keadaan kepada keadaan lain.
2.
Menurut Syeh Ali Mahfudz, dakwah
adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk,
menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar
mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pendapat ini selaras dengan Imam Al - Ghazali yang mengatakan amar ma’ruf
adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat.
Risalah Islam yang universal merupakan rahmat bagi alam semesta
sebagaimana yang digambarkan oleh Allah merupakan seruan kepada kebaikan umat
manusia. Rahmat atau kebaikan ini menurut Qardhawi tampak jelas dalam beberapa prinsip
atau nilai luhur yang diserukan oleh Islam.
Dia menunjukkan beberapa prinsip yang menonjol dalam pendidikan dakwah
Islamiyah sebagai berikut :
a.
Dakwah untuk membebaskan manusia
dari penyembahan kepada manusia.
b.
Dakwah untuk keadilan seluruh umat
manusia
c.
Dakwah untuk perdamaian dunia.
C. Retorika Dakwah di Era
Globalisasi
Dalam menghadapi tantangan global yang menjadikan
dunia seolah menjadi dekat seperti satu kampong saja, kejadian di suatu negara
dapat diterima secepat kilat beritanya oleh negara lain. Kecanggihan komunikasi
dan informasi semakin hari semakin menakjubkan.
Dengan kecangghan alat komunikasi pada saat ini para kepala negara melakukan
rapat dengan kepala negara lain tanpa harus beranjak dari tempat duduk
negaranya.
Dengan kecanggihan seperti
di atas menurut Qordhawi maka dakwah Islamiyah harus memiliki retorika dan
karakteristk yang mendasar, yang mampu mengantarkan substansi dakwah kepada
semua umat manusia. Dapat memuaskan nalar mereka dengan hujjah yang nyata,
tidak menyimpang dari hikmah dan tidak melenceng dari pembicaraan yang terbaik.
Menurut Qardhawi karakteristik retorika dakwah yang harus dimiliki oleh
setiap da’i adalah sebagai berikut :
1.
Mengajak manusia untuk beriman
kepada Allah dan tidak mengingkari keberadaan-Nya
2.
Meyakini wahyu dan tidak
menafikkan akal
3.
Menyeru spiritual dan tidak
menyepelekan material
4.
Memperhatikan ibadah - ibadah
syariah dan tidak melupakan nilai - nilai moral
5.
Berdakwah guna mengagungkan
aqidah, menyebar toleransi dan kasih sayang
6.
Mengajak kepada keseriusan dan
konsistensi
7.
Berorientasi global dan tidak
menyepelekan aksi lokal
8.
Mencermati modernitas dan
berpegang taguh pada orsinalitas.
Dari penjelasan di atas Qordhawi mencoba meneropong esensi retorika berdakwah
dalam Islam yaitu untuk menegakkan keadilan dalam seluruh sendi kehidupan, dan
menepis tudingan Amerika yang menganggap umat Islam telah keliru di dalam
memahami esensi dakwah.
III.
KESIMPULAN / PENUTUP
Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pendidikan menurut Islam ialah
satu proses yang berkesinambungan untuk merubah, melatih, dan mendidik akal,
jasmani dan rohani manusia dengan berasaskan nilai - nilai Islam yang bersumber
dari wahyu untuk melahirkan insan yang bertaqwa dan mengabdikan diri kepada
Allah SWT, untuk mendapatkan kejayaan di dunia dan akhirat.
2.
Dakwah Islamiyah merupakan ajakan
dari seseorang (da’i) kepada umat (mad’u) berbuat kebaikan sesuai dengan apa
yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan melarang mereka untuk
melakukan perbuatan keji dan mungkar
3.
Prinsip yang menonjol dalam
pendidikan dakwah Islamiyah yaitu :
a)
Dakwah yang membebaskan manusia
dari penyembahan kepada manusia
b)
Dakwah untuk keadilan seluruh umat
manusia
c)
Dakwah untuk perdamaian dunia.
4.
Karakteristik retorika dakwah yang
harus dimiliki setiap da’i ialah :
1)
Mengajak manusia untuk beriman
kepada Allah dan tidak mengingkari keberadaan-Nya
2)
Meyakini wahyu dan tidak
menafikkan akal
3)
Menyeru spiritual dan tidak
menyepelekan material
4)
Memperhatikan ibadah - ibadah
syariah dan tidak melupakan nilai - nilai moral, dll
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Abdain. Wordpress.com
/……./ Metode - Dakwah dalam - Alqur’an / 13 -10-2010
Abubakar, Bahrun. 2000. Terjemahan
Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzuul. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Al - Azmi, MM. 2005. Sejarah
Teks Alqur’an. Jakarta :
Gema Insani
Athaillah, A. 2006. Rasyid Ridha
: Konsep Teologi Rasional Dalam Tafsir Al - Manar. Jakarta : Erlangga
Dahlan, Rohmad Abd. 1998. Kaidah
- kaidah Penafsiran Alqur’an. Bandung
: Mizan
Faiz, Facchruddin. 2003. Hemeneutika Penafsiran Alqur’an. Bandung : Mizan
Shihab, Quraish M. 2000. Tafsir
Al - Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al - Qur’an. Ciputat : Lentera
Hati
www.stidnafsir.ac.id/index.php?
Pendidikan Dakwah dalam Alqur’an/13 - 10 - 2010 / 16.00
No comments:
Post a Comment