Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Thursday, December 31, 2015

TANTANGAN GENERASI MUDA DI TAHUN 2020


“Tahun 2000 kerja serba mesin, berjalan berlari menggunakan mesin,
 manusia tidur berkawan mesin, makan dan minum dilayani mesin”
“Penduduk makan banyak, sawah ladang menyempit, 
mencari nafkah makin sulit, tenaga manusia banyak diganti mesin, pengangguran merajalela”


Masih ingat penggalan lirik lagu qasidah di atas ? laqu qasidah berjudul “Tahun 2000” yang dinyanyikan oleh Grup Rebana Modern asal Semarang  Jawa Tengah tersebut pernah popular di tanah air sekitaran tahun 80 - 90 an.
Waktu lagu tersebut lagi booming2nya kebanyakan para pembaca mungkin beranggapan penggambaran dalam lagu tersebut terkesan absurd (konyol/nggak masuk akal/nggak mungkin).  Tapi kenyataan berbicara lain, seolah lagu tersebut benar-benar berhasil meramalkan pencapaian peradaban manusia yang melejit begitu cepat “hanya” dalam kurun waktu 15 tahun belakangan ini.
Semua pekerjaan di segala sektor telah didominasi oleh mesin dalam pelaksanaannya.  Bila dahulu untuk memulai penggarapan lahan yang luasnya beberapa hektar bisa menyerap puluhan tenaga kerja pecangkul selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu, sekarang hanya dalam hitungan jam saja akan terselesaikan oleh sebuah mesin traktor.
Belanja ke toko/warung yang jaraknya hanya beberapa blok saja dari rumah ogah berjalan kaki. Kemana-mana membawa sepeda motor yang hampir setiap rumah memilikinya, bahkan ada yang jumlah motor/mobilnya melebihi jumlah orang yang tinggal di dalam rumah itu sendiri.
Para remaja bahkan anak-anak banyak yang tidak bisa tertidur lelap sebelum jemarinya lelah memainkan gadget cerdas yang konon lebih cerdas dari manusia yang memainkannya itu.
Bumbu masak tak lagi diulek, katanya lebih praktis kalau dihancurkan dengan pisau berputar (blender).  Tak lagi ada ibu-ibu yang matanya perih karna asap dapur, beras cukup dimasukkan ke panci ajaib (rice coocker) tiba-tiba berubah menjadi nasi.  Manusia telah benar-benar berteman dan dilayani oleh mesin.
Semua kemajuan teknologi seperti di atas tidak bisa dipungkiri membawa “kebahagiaan” dan “kemudahan” bagi umat manusia.  Namun di sisi yang lain, bahkan bila “efek” dari kemajuan teknologi digambarkan sebagai sebuah kubus yang memiliki 6 sisi maka hanya 1 sisi yang membuat manusia bahagia, dan ke 5 sisi yang lain membuat banyak dari manusia sengsara.
Lalu apakah manusia tidak boleh mencapai peradaban yang lebih maju ? sesungguhnya bukan persolan boleh atau tidak boleh.  Kemajuan dan revolusi teknologi  adalah sebuah keniscayaan yang sudah semestinya terjadi. Manusia membutuhkan teknologi untuk menaklukkan alam ini. Bahkan Tuhan dalam ayatnya menantang manusia untuk melakukan revolusi teknologi itu sendiri.
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Rahman ayat 33 :
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
Wahai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus dan melintasi penjuru langit dan bumi, maka tembus dan lintasilah! Kamu tidak akan dapat menembus dan melintasinya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan/teknologi).

Lalu apa yang penulis maksud 5 sisi dari 6 sisi “kubus kemajuan” adalah membawa kesengsaraan ? itu hanyalah penggambaran bahwa kemajuan teknologi membawa konsekuensi yang sangat kompleks ketimbang hanya “kesenangan” dan “kemudahan” yang diberikan. Di antara konsekuensi tersebut “sebagian” dari kita mau tidak mau, siap tidak siap harus rela tergilas roda modernisasi.
 
Ilustrasi "Mobil Terbang" yang rencana akan mulai dijual 
oleh perusahaan asal Eropa di tahun 2020

5 TAHUN dari sekarang adalah TAHUN 2020, kita tidak tahu pasti apa yang bakal terjadi di tahun 2020 nanti.   “Ah 5 tahun itu kan cuma sebentar” paling tidak akan ada perubahan yang besar di dunia ini”   EITS !! tunggu dulu, masih ingat dengan lagu pembukaan dalam tulisan ini ??  Dahulu banyak orang tidak percaya terhadap prediksi yang disampaikan oleh “Girl Band berjilbab” asal semarang tersebut.  Tapi kenyataan dunia berjalan begitu liar di luar asumsi kita.  Sebelum tahun 2000 saya yakin tidak ada orang (di INDONESIA) yang pernah membayangkan akan ada yang namanya jejaring sosial Facebook, Youtube, atau belanja Online, meskipun sebenarnya di negara-negara eropa tahun 1980 an sudah mulai dikenal yang namanya internet. Namun apa yang terjadi sekarang ? mau naik ojek pun harus pesan via aplikasi online terlebih dahulu.
Semakin maju ilmu pengetahuan semakin cepat pula dilahirkan hal-hal tak terduga. Untuk itu sebagai generasi muda Indonesia harus bersiap menghadapi ledakan teknologi di tahun 2020 nanti, meskipun sebetulnya kita sudah jauh tertinggal dari manusisa yang ada di belahan bumi lainnya.
Lalu apakah tantangan yang kira-kira akan dihadapi oleh generasi muda indonesia di tahun 2020 nanti ?

1.        PASAR BEBAS ASIA PASIFIC
Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa Indonesia terikat dalam perjanjian multinasional di bidang ekonomi. Mau tidak mau kita harus menghadapi era Perdagangan Bebas yang akan dimulai di tahun 2020 nanti.  Sebelumnya perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara sudah dimulai pada awal tahun 2015 ini.  Tidak bisa dibayangkan bagaimana nanti polah kita orang indonesia ketika diserbu oleh produk-produk asing yang bebas tanpa hambatan masuk ke indonesia. Kita mungkin bisa bersaing secara fair, tapi apa jadinya bila orang asing menawarkan produk yang sama, kwalitas yang sama (bahkan mungkin lebih baik) dengan harga yang lebih murah.
Kita tidak akan sanggup mengejar apalagi memenangkan persaingan tersebut karna mereka mempunyai teknologi dan ilmu yang lebih unggul sehingga biaya produksi suatu produk lebih murah dan cepat.  Kecuali kita mampu mengimbangi mereka, tentu kita harus mempersiapkan segalanya mulai dari sekarang.

2.        PENDIDIKAN HANYA MENJADI SEMACAM “TREND”
Beberapa tahun yang lalu, mahasiswa hanya ada di kota-kota besar saja. Dalam satu desa hanya ada beberapa anak saja yang beruntung bisa atau mau mengejar strata pendidikan ke jenjang sarjana.  Namun sekarang anak-anak kampung banyak yang menyandang titel SARJANA.  Namun “mohon ma’af” kwalitasnya hannya setara pendidikan SLTA saja.  Tak banyak ilmu yang dapat mereka implementasikan dalam kehidupan karna memang tak banyak ilmu yang didapat dari KULIAHnya, maklum makalah saja dibuat pakai metode magic COPY PASTE dari internet, Skripsi pun Beli karna nggak pecus membuat sendiri.  Lalu apa yang bisa diharapkan dari sarjana-sarjana model kayak gini ?
Penulis sendiri bukanlah seorang sarjana, nggak pernah tahu yang namanya kampus itu seperti apa, namun bukan berarti ini adalah bentuk sinisme terhadap “kebanyakan” mahasiswa jaman sekarang, hanya mengajak pembaca semua menyadari bahwa pendidikan sekarang di-enyam sebagai sebuah bentuk TREND, kata beberapa anak alay “NGGAK KEREN KALAU NGGAK KULIAH”.
Mampukah kita untuk merubah mainset yang seperti di atas ? ataukah malah di tahun 2020 nanti pendidikan menjadi semacam hiburan atau ajang mencari pasangan kencan saja.
Bagaimana strategi generasi muda menghadapi perdagangan bebas 2020 nanti bila saat ini malah sibuk menyusun jadwal trap trip nggak penting, sibuk berdebat kusir di media sosial soal politik, suka sok-sok an ngomongin negara padahal di RT setempat saja tidak berguna, menghujat polah para pejabat tapi ada penyimpangan di level perangkat desa saja nggak berani berbuat !
2020 nanti adalah tantangan untuk para generasi membuktikan idealismenya, masing sanggup bertahan lantang meneriakkan anti korupsi ataukah mulutnya akan terkancing saat punya jabatan di negeri atau di korporasi.

3.        AMORAL KIAN TERBUNGKUS RAPI
Baru-baru ini kita kerap disuguhi berita di berbagai media tentang tindakan amoral orang-orang yang bernaung di bawah Yayasan, Pesantren, Sekolahan, dan lembaga-lembaga yang seharusnya menjadi tempat yang aman.  Rumah bordil berkedok Salon/SPA.  Transaksi esek-esek via online. Dan tidak menutup kemungkinan di 2020 nanti segala bentuk kebejatan akan tersembunyi sangat rapi, itu semua karna konsekuensi dari modernisasi yang membatasi negara atau orang lain menjamah/mengkontrol area privat dengan alasan kebebasan atau HAM.
Ketika area yang abu-abu tidak boleh lagi untuk dipastikan apakah itu hitam ataukah putih, dapatkah generasi muda nanti menemukan habitat yang baik untuk keberlangsungan karir lebih jauh lagi masa depan kehidupannya ?

No comments:

Post a Comment