Assalamu’alaikum
para pembaca yang budiman, jumpa kembali di Blog amatiran ini, langsung saja
simak kisah di bawah ini,
Suatu waktu,
seorang ayah ingin memberi nasehat pamungkas kepada anak-anaknya, ia berfikir
sangat keras, nasehat macam apa yang akan mempan kepada 5 orang anaknya
yang ke semuanya adalah laki-laki, dan
semuanya sangat keras kepala. Usia mereka sudah menginjak remaja, antara 11 -
21 tahun, namun tidak ada satupun dari mereka yang menunjukkan tanda-tanda
menjadi anak yang berprestasi di masa depan, kelima anak badung tersebut selalu
menghabiskan waktu hanya untuk main dan kluyuran yang tidak jelas, maklum saja
sang ayah hanya sendirian mendidik mereka, satu-satunya wanita sekaligus ibu di
rumah tersebut sudah lama meninggal
dunia sejak melahirkan anak terakhir mereka yang ternyata kembar.
Setelah semalaman
bagadang melamun dan berfikir, akhirnya laki-laki tua tersebut mendapat sebuah
ide. Pagi-pagi sekali, bahkan matahari
pun baru mengintip di ufuk timur, anak-anaknya digiring ke sungai yang tak jauh
dari rumahnya dan disuruh membawa sebuah ember yang besar.
Sesampai di
sungai, ia mulai memberi instruksi, “ISI
PENUH EMBER ITU DENGAN BATU !. “ tidak sampai 1 menit ember itu sudah penuh
karna kelima anaknya mengisi secara bersama-sama.
“Apa ember itu sudah benar-benar penuh” ?
“sudah” jawab kelima anaknya hampir
bersamaan.
“BELUM !” balas ayah mereka.
“COBA MASUKKAN LAGI BATU YANG AGAK
KECIL !” sang ayah memberi instruksi yang kedua.
Lima anak laki-laki itu pun
menurut. Benar saja, ternyata memang
masih muat di isi batu-batu yang agak kecil.
“Apakah sudah penuh ?” Tanya ayahnya
lagi
“sudah ayah” jawab anak tertua
“BELUM !” COBA MASUKKAN LAGI KERIKIL
!”
Anak-anak itu menurut lagi, dan
kerikil pun masih bisa masuk di ember itu.
“Apakah masih bisa diisi lagi
embernya ?” Tanya ayahnya lagi.
“tidak bisa ayah, ember sudah penuh,
tidak bisa diisi lagi” jawab kedua anaknya yang kembar.
“BELUM !” ISI LAGI DENGAN PASIR
!” sang ayah memberikan instruksi yang
terakhir.
Betul kata lelaki tua itu, ternyata
ember yang sudah penuh itu masih bisa diisi dengan pasir.
Sekarang mandi, bersihkan tubuh
kalian, ayah akan menjelaskan apa maksud dari semua ini.
Tidak lama kelima anaknya pun selesai
mandi dan duduk melingkari ayahnya di sungai yang hampir kering karna musim
kemarau itu.
Anak-anakku, apa yang baru saja
kalian lakukan sepintas tiada berguna, tapi ketahuilah ada nilai dan filosofi
yang sangat berarti dari semua itu.
Bila ember besar itu adalah laksana
WAKTU, dan batu, kerikil, pasir ibarat hal-hal/perbuatan yang kalian lakukan,
apa yang dapat kalian pahami dari semua ini ?
Anak nomer 2 yang cukup cerdas
menjawab : “saya tahu maksudnya ayah, BATU BESAR ibarat pekerjaan
besar/pekerjaan tetap kita, dan ternyata masih ada sela-sela waktu yang dapat
kita isi dengan pekerjaan tambahan, ibaratnya BATU YANG LEBIH KECIL, dan bila
masih ada waktu yang tersisa walau sedikit dapat kita manfaatkan lagi untuk usaha
sampingan, ibaratnya KERIKIL DAN PASIR.”
SALAH, SALAH,
DAN SALAH ! jawab sang ayah 3 kali, mempertegas bahwa jawaban anaknya yang
cerdas itu salah mutlak.
“Lalu apa
maksudnya ayah ?” Tanya kelima anaknya penasaran.
Sang ayah menatap satu persatu wajah
kelima anaknya tersebut, dan menjelaskan :
Anak-anakku, EMBER ITU laksana waktu,
yang meskipun besar/lama tapi tetaplah terbatas, dan BATU, KERIKIL, PASIR,
adalah hal-hal/perbuatan yang sehari-hari kalian lakukan.
Bila kalian masukkan batu besar
terlebih dahulu, maka masih ada celah untuk kalian masukkan batu-batu kecil,
kerikil, dan pasir, walaupun ember sudah Nampak penuh. Namun coba bayangkan bila yang kalian
masukkan terlebih dahulu adalah batu kecil, kerikil, atau pasir. Ketika ember
itu sudah penuh kalian tidak akan pernah mendapati ruang lagi untuk memasukkan
batu yang besar.
Seperti itu pula kehidupan ini nak,
waktu sangat terbatas, bila waktumu kau habiskan untuk melakukan hal-hal kecil
yang tidak penting, maka kau tidak pernah lagi mempunyai kesempatan melakukan hal-hal
besar dalam kehidupanmu, penyesalan yang akan kau dapat di hari tua.
Lakukanlah dulu hal-hal yang penting,
setelah kau mencapai sesutu yang besar, engkau masih bisa melakukan hal-hal
lain yang kau suka, walaupun itu tidak penting sekalipun. Namun bila waktumu
sudah terlanjur habis kau isi untuk hal-hal yang kecil, remeh temeh, maka
TAMATLAH !!!
Demi masa, sesungguhnya manusia dalam
kerugian..
Betul sekali. Utamakan pekerjaan yang besar terlebuh dahulu. Aku pernah baca cerita ini juga.
ReplyDeletetrim atas kunjungannya pak, mohon bimbingan dari sampeyan yang sudah senior,
Deleteijin pakai template sampeyan