Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Monday, September 9, 2019

Jangan menikah “hanya” karena cinta! Tapi menikahlah karena...




Lama sekali mimin tidak update nulis di blog ini, langsung saja! Mimin akan sok menggurui kalian-kalian para jomblo yang belum menikah. Yang sudah kedarung menikah juga tak apa kalo mau baca opini ini, barangkali akan mendapat sisi pandang lain dari sebuah pernikahan.

Sesuai judul, jangan pernah sekali-kali kalian menikah “hanya” karena cinta! Maksudnya apa sih?
Pernikahan adalah penyatuan antara dua insan yang mana masing-masing memiliki watak, habbits, masa lalu dan pergaulan yang bisa jadi saling bertolak belakang. Lebih dari itu, dibelakang masing-masing ada keluarga, lingkungan, latar belakang sosial ekonomi yang mau nggak mau turut terseret dalam pernikahan itu. Sudah bisa dipastikan pernikahan yang “hanya didasari” cinta tidak akan mungkin bertahan.
Cinta yang dimaksud di sini adalah cinta dalam pengertian sempit, yakni romantika antara pria dan wanita.
Bukan lagi sebuah rahasia, cinta membuat seseorang buta dan tuli. Tidak butuh alasan untuk jatuh cinta. Tidak peduli seperti apapun seseorang itu, ketika jatuh cinta ia terlihat sempurna dan hanya ia yang harus dan pantas untuk dimiliki.
Kenapa banyak pasangan yang semasa pacaran begitu romantis, serasi, sangat lengket, tapi tidak lama setelah menikah akhirnya bercerai? YA! Jawabnya karena mereka pada awalnya hanya “saling jatuh cinta”, bukan “saling mencintai”
Jatuh cinta adalah kecelakaan yang tidak diinginkan, sementara mencintai adalah sebuah pilihan. Jatuh cinta hanya melibatkan perasaan, sementara mencintai adalah perpaduan antara rasa dan logika.
Seperti yang sudah disinggung di awal, menikah bukan hanya peristiwa bersatunya dua insan manusia, tetapi banyak hal-hal lain yang menyertainya.
Ketika engkau memutuskan untuk menikahi seseorang, engkau harus menerima segala hal dari pasanganmu. Keluarga, lingkungan, strata sosial, dan keadaan ekonomi pasanganmu.
Bila alasanmu memutuskan hidup bersama dengan pasanganmu hanyalah ego ingin memiliki yang kau bungkus dengan kata cinta, maka bersiaplah kau akan menuai kekecewaan. Romantisme perlahan memudar, hasrat tak lagi menggebu, tergantikan oleh problem-problem hidup berkeluarga dan bermasyarakat.
Jauh-jauh hari sebelum engkau memutuskan untuk menikah, seharusnya engkau sudah selesai dengan segala ekspektasi. Kau harus sudah bisa menerima,  meyakini, dan menyadari bahwa pasanganmu dengan segala keadaan yang menyertainya adalah cocok dan sesuai dengan hidupmu.
Kalaupun pada awalnya kalian saling jatuh cinta, maka jangan sekali-kali hanya kerena cinta itu kalian memutuskan menikah kemudian.  Cinta hanyalah jembatan, cinta hanyalah sebab kalian saling memperhatikan dan kemudan saling mengenali semakin dalam.
Logikamu tidak boleh lumpuh dan mati ketika jatuh cinta. Realita hidup tidak seindah dan senaif kisah-kisah di FTV yang durasinya hanya satu jam setengah.  Boleh jadi kalian saling kesengsem, saling naksir, saling jatuh cinta. Tapi bukan berarti jiwa kalian pasti bisa melengkapi satu sama lain bila ada jurang pemisah yang sekira sulit untuk disatukan. Kalau sekira kalian yakin bahwa hanya bermodal cinta itu kalian akan sanggup menjalani bahtera rumah tangga dengan segala tetek mbengeknya, ya silahkan..., lakukan! Perjuangkan! Silahkan berjudi dengan nasib. Semoga happy ending..
Alangkah bahagianya kalian, bila pada awalnya saling jatuh cinta kemudian bisa saling menyeimbangkan rasa dan logika untuk mantap ke jenjang pernikahan.
Maka, sekali lagi..
Jangan pernah menikah hanya karena jatuh cinta! Tapi menikahlah karena kalian siap dan memilih untuk saling mencintai pasanganmu dengan segala keadaannya. Berkomitmen bersama menghadapi segala problematika rumah tangga.

No comments:

Post a Comment