Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Thursday, November 19, 2015

Terima Kasih Para “Pencuri Motor”



Adalah seorang ayah yang pontang panting memenuhi kebutuhan keluarganya, terutama kebutuhan kedua anaknya yang sudah menginjak remaja.. Sehari-hari pria paruh baya tersebut bekerja sebagai buruh tani, meskipun tidaklah benar-benar setiap hari ia bisa bekerja. Maklum, dengan latar belakang pendidikan yang SD saja tidak lulus jelas sangat membatasi lapangan pekerjaan yang dapat ia geluti, hanya otot, ya ! hanya kekuatan otot lah yang dapat ia tukar dengan rupiah, otaknya serasa sudah mati karna terlalu lama tidak pernah digunakan untuk berfikir, kecuali memikirkan istri dan kedua anaknya yang setiap hari harus dipenuhi hajatnya.

Dengan upah buruh tani yang rata-rata hanya 50 ribuan per hari jelas sangat mepet bahkan bisa minus bila dihadapkan pada kebutuhan keluarganya, meskipun sang istri kadang-kadang juga ikut membantu bekerja serabutan.
Seperti kebanyakan remaja pada umumnya kedua anaknya mendambakan punya sepeda motor, bukan sekedar untuk mengikuti trend, namun memang sangat dibutuhkan karna sekolah kedua anaknya yang masing-masing kelas 1 dan 2 SLTP jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya.
Pagi-pagi sekali kakak beradik Rindu dan Danang harus sudah berangkat ke sekolah dengan jalan kaki, sambil berharap ada motor/mobil yang berkenan memberi tumpangan, atau mereka terpaksa harus berjalan sejauh 7 kilometer.  Mereka berdua tidak banyak berharap dibonceng teman yang satu sekolahan dengan mereka, karna teman-teman mereka yang jauh dari sekolah mayoritas diantar jemput oleh orang tua, kalaupun ada yang membawa sepeda motor sendiri hanya beberapa anak dan sudah punya boncengan sendiri-sendiri.
Orang tua mana yang tidak menangis akan keadaan anak-anaknya yang seperti itu, bilapun cukup kuat untuk membendung air mata, dalam hati pastilah menangis meronta-ronta.
Untuk membelikan sepeda motor baru  harganya selangit, mau kredit tidak berani karna tidak punya penghasilan yang tetap untuk angsuran bulanan, untuk membeli motor bekas pun harganya masih di atas 5 jutaan. Butuh menabung bertahun-tahun bila dengan penghasilan yang seperti itu.
Hingga suatu hari ayah dua anak tersebut ditawari motor bodong oleh seorang makelar motor, cukup  membayar 1,5 juta sudah dapat sepeda motor yang tergolong keluaran terbaru.
Seperti yang diketahui, motor bodong (tanpa surat-surat kepemilikan) jelaslah motor haram, hasil penggelapan kredit atau hasil curian. Namun mungkin inilah satu-satunya solusi yang dimiliki pria tersebut demi anaknya bisa bersekolah tanpa takut terlambat dan kelelahan jalan kaki.  Label haram atau halal sejenak ia kesampingkan, lelaki itu merasa sangat beruntung, setidaknya lega untuk sementara waktu dapat melihat senyum di wajah ke dua anaknya, walaupun dalam hati sebenarnya tidak ingin turut ambil bagian dalam lingkaran syetan tersebut, Ya ! itu jelas lingkaran syetan, begitu yang ia yakini, tak ada Pembeli tak akan Pencuri, namun untuk kali ini saja ijinkan aku untuk berucap : “TERIMA KASIH PARA PENCURI MOTOR”, begitu kata hati seorang ayah miskin yang ingin berusaha membahagiakan anak-anaknya.
Dalam kasus seperti cerita seperti di atas kita mungkin terlalu berlebihan kalau hanya mengutuk Para Pencuri Motor, karna dunia ini diciptakan oleh Tuhan lengkap dengan Sunnatullah-Nya, yang didalamnya ada HUKUM SEBAB AKIBAT.  Kalau kita mau adil kita harus juga mengutuk saudara, sahabat, teman, tetangga, dan semua orang yang membeli MOTOR BODONG bukan karna sangat terpaksa seperti ilustrasi cerita di atas.
Mari akal sehat kita pakai sejenak, Kalau tidak ada orang yang mau membeli motor atau komponen hasil curian/penggelapan kredit, apakah akan ada yang mau mencuri motor ? kalaupun ada yang mencuri untuk dipakai sendiri tentu sangai kecil sekali angkanya. Jadi mari kita rubah cara pandang kita, kita harus adil, terlepas bahwa memang mencuri jelaslah dosa dan melanggar hukum.

No comments:

Post a Comment