Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Tuesday, June 30, 2015

MANAJEMEN WAKTU (Baca Sebelum Menyesal)



Assalamu’alaikum para pembaca yang budiman, jumpa kembali di Blog amatiran ini, langsung saja simak kisah di bawah ini,
Suatu waktu, seorang ayah ingin memberi nasehat pamungkas kepada anak-anaknya, ia berfikir sangat keras, nasehat macam apa yang akan mempan kepada 5 orang anaknya yang  ke semuanya adalah laki-laki, dan semuanya sangat keras kepala. Usia mereka sudah menginjak remaja, antara 11 - 21 tahun, namun tidak ada satupun dari mereka yang menunjukkan tanda-tanda menjadi anak yang berprestasi di masa depan, kelima anak badung tersebut selalu menghabiskan waktu hanya untuk main dan kluyuran yang tidak jelas, maklum saja sang ayah hanya sendirian mendidik mereka, satu-satunya wanita sekaligus ibu di rumah tersebut  sudah lama meninggal dunia sejak melahirkan anak terakhir mereka yang ternyata kembar.


Setelah semalaman bagadang melamun dan berfikir, akhirnya laki-laki tua tersebut mendapat sebuah ide.  Pagi-pagi sekali, bahkan matahari pun baru mengintip di ufuk timur, anak-anaknya digiring ke sungai yang tak jauh dari rumahnya dan disuruh membawa sebuah ember yang besar.
Sesampai di sungai,  ia mulai memberi instruksi, “ISI PENUH EMBER ITU DENGAN BATU !. “ tidak sampai 1 menit ember itu sudah penuh karna kelima anaknya mengisi secara bersama-sama.
 “Apa ember itu sudah benar-benar penuh” ?
“sudah” jawab kelima anaknya hampir bersamaan.
“BELUM !” balas ayah mereka.
“COBA MASUKKAN LAGI BATU YANG AGAK KECIL !” sang ayah memberi instruksi yang kedua.
Lima anak laki-laki itu pun menurut.  Benar saja, ternyata memang masih muat di isi batu-batu yang agak kecil.
“Apakah sudah penuh ?” Tanya ayahnya lagi
“sudah ayah” jawab anak tertua
“BELUM !” COBA MASUKKAN LAGI KERIKIL !”
Anak-anak itu menurut lagi, dan kerikil pun masih bisa masuk di ember itu.

“Apakah masih bisa diisi lagi embernya ?” Tanya ayahnya lagi.
“tidak bisa ayah, ember sudah penuh, tidak bisa diisi lagi” jawab kedua anaknya yang kembar.
“BELUM !” ISI LAGI DENGAN PASIR !”  sang ayah memberikan instruksi yang terakhir.
Betul kata lelaki tua itu, ternyata ember yang sudah penuh itu masih bisa diisi dengan pasir.
Sekarang mandi, bersihkan tubuh kalian, ayah akan menjelaskan apa maksud dari semua ini.
Tidak lama kelima anaknya pun selesai mandi dan duduk melingkari ayahnya di sungai yang hampir kering karna musim kemarau itu.
Anak-anakku, apa yang baru saja kalian lakukan sepintas tiada berguna, tapi ketahuilah ada nilai dan filosofi yang sangat berarti dari semua itu.
Bila ember besar itu adalah laksana WAKTU, dan batu, kerikil, pasir ibarat hal-hal/perbuatan yang kalian lakukan, apa yang dapat kalian pahami dari semua ini ?
Anak nomer 2 yang cukup cerdas menjawab : “saya tahu maksudnya ayah, BATU BESAR ibarat pekerjaan besar/pekerjaan tetap kita, dan ternyata masih ada sela-sela waktu yang dapat kita isi dengan pekerjaan tambahan, ibaratnya BATU YANG LEBIH KECIL, dan bila masih ada waktu yang tersisa walau sedikit dapat kita manfaatkan lagi untuk usaha sampingan, ibaratnya KERIKIL DAN PASIR.”
SALAH, SALAH, DAN SALAH ! jawab sang ayah 3 kali, mempertegas bahwa jawaban anaknya yang cerdas itu salah mutlak.
“Lalu apa maksudnya ayah ?” Tanya kelima anaknya penasaran.
Sang ayah menatap satu persatu wajah kelima anaknya tersebut, dan menjelaskan :
Anak-anakku, EMBER ITU laksana waktu, yang meskipun besar/lama tapi tetaplah terbatas, dan BATU, KERIKIL, PASIR, adalah hal-hal/perbuatan yang sehari-hari kalian lakukan.
Bila kalian masukkan batu besar terlebih dahulu, maka masih ada celah untuk kalian masukkan batu-batu kecil, kerikil, dan pasir, walaupun ember sudah Nampak penuh.  Namun coba bayangkan bila yang kalian masukkan terlebih dahulu adalah batu kecil, kerikil, atau pasir. Ketika ember itu sudah penuh kalian tidak akan pernah mendapati ruang lagi untuk memasukkan batu yang besar.
Seperti itu pula kehidupan ini nak, waktu sangat terbatas, bila waktumu kau habiskan untuk melakukan hal-hal kecil yang tidak penting, maka kau tidak pernah lagi mempunyai kesempatan melakukan hal-hal besar dalam kehidupanmu, penyesalan yang akan kau dapat di hari tua.
Lakukanlah dulu hal-hal yang penting, setelah kau mencapai sesutu yang besar, engkau masih bisa melakukan hal-hal lain yang kau suka, walaupun itu tidak penting sekalipun. Namun bila waktumu sudah terlanjur habis kau isi untuk hal-hal yang kecil, remeh temeh, maka TAMATLAH !!!
Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian..

2 comments:

  1. Betul sekali. Utamakan pekerjaan yang besar terlebuh dahulu. Aku pernah baca cerita ini juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. trim atas kunjungannya pak, mohon bimbingan dari sampeyan yang sudah senior,
      ijin pakai template sampeyan

      Delete