Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Friday, June 26, 2015

APA PERBEDAAN KERJA BERAT, KERJA KERAS, DAN KERJA PINTAR



Assalamualaikum para pembaca yang budiman, langsung saja kita diskusikan pokok bahasan seperti judul di atas.
Sering kita mendengar, atau bahkan karna saking seringnya mendengar kata – kata seperti judul di atas pembaca mungkin menjadi apatis untuk membahasnya, eits tunggu dulu, mari kita diskusikan dari sudut pandang yang lain, sehingga tidak terasa membosankan.
Sebagaimana paradigma umum yang sudah terlanjur keliru, kita terlalu sering dinasehatkan/dipaksakan agar mau bekerja sekeras-kerasnya bila mau sukses. Selalu dan selalu didoktrin bila mau sukses harus bekerja sangat keras, TAPI kita jarang sekali mendapat penjelasan yang gamblang kerja yang benar agar cepat sukses itu yang seperti apa, detailnya bagaimana ?
Mari kita mencoba bersama-sama mencari detail kerja yang benar itu seperti apa, saya tidak mengajak pembaca mendefinisikan kerja berat, kerja keras, dan kerja pintar, karna saya bukan ahli bahasa, kita analisa saja dari FAKTA dan REALITA di lapangan.

KERJA BERAT, dapat kita lihat sebagai kerja yang menguras tenaga/waktu, kerja berat tidak selalu identik dengan kerja yang mengandalkan otot, seperti kuli panggul/kuli angkat, buruh tani, atau penambang batu. Kerja berat dapat juga ditemukan di kantor-kantor atau di pabrik-pabrik, ciri khas dari kerja berat adalah “SI PEKERJA ATAU KARYAWAN DIHARUSKAN/DIPAKSA MELAKUKAN PEKERJAAN YANG SEBETULNYA DIA SUDAH LELAH NAMUN HARUS TETAP BEKERJA SAMPAI WAKTU/TARGET YANG TELAH DITENTUKAN, DAN HASIL (UPAH) YANG DIDAPAT CENDERUNG TETAP” 


Kalau kebetulan kita saat ini adalah “pekerja berat” buruh tani misalnya, kita tidak usah berkecil hati, sebenarnya bukan hanya kita yang sedang kerja berat, PERAWAT DI RUMAH SAKIT, MEKANIK DI PERUSAHAAN, SEKRETARIS, KARYAWAN PABRIK, dan mereka yang kerjanya monoton (itu-itu saja) tanpa ada peningkatan karir atau pendapatan walaupun modal skill/keahlian namun mereka dapat kita sebut sebagai “pekerja berat” juga.  Diakui atau tidak pekerjaan yang monoton dan pendapatnya pun monoton PASTI TERASA BERAT, apalagi kalau pendapatan yang diterima tidak cukup untuk mengcover kebutuhan hidup.
Apakah kita bisa sukses dengan KERJA BERAT ? jawabnya relatif, bisa iya dan bisa tidak, karna sukses itu adalah PENCAPAIAN TARGET yang jelas berbeda bagi setiap individu, NAH bagaimana kalau kita sepakati saja bahwa target dari sukses tersebut adalah “kaya”, maka kita akan mendapat kepastian bahwa dengan kerja berat tidak akan bisa kaya karna pendapatan kita “tetap” tanpa ada lonjakan yang signifikan, kecuali kalau kita dapat warisan atau undian berhadiah sampai ratusan juta. ^__^
Lalu kenapa banyak dari kita yang merasa nyaman, enggan untuk keluar dari zona “kerja berat” tersebut ? karna kerja berat cenderung hanya mengandalkan tenaga atau skill yang terbatas, tidak dituntut untuk melakukan yang lebih, dan pada umumnya kerja berat dinaungi oleh perusahaan atau bos, sehingga merasa terjamin, pendapatan jelas, dan memiliki sedikit resiko.
Selanjutnya KERJA KERAS, kerja keras ada satu tingkat di atas kerja berat, orang yang “kerja keras” tidak akan pernah merasa puas dengan pendapatan yang selama ini sudah ia dapat, ia akan terus mengupayakan pendapatan yang lebih.
Model kerja keras sangat banyak kita temui di sekitar kita, sebagai contoh : Parjo dan Kasno sama-sama bekerja di sungai sebagai penambang batu dan pasir, banyak juga pekerja-pekerja lain yang bekerja di sana.  Parjo selalu berangkat lebih pagi dan pulang lebih sore dari Kasno. Sepintas Parjo seperti bekerja lebih keras daripada Kasno, namun sebenarnya tidak, Parjo hanya bekerja “LEBIH BERAT” dari Kasno, karna Kasno meskipun ia berangkat lebih siang dan pulang lebih awal namun selain menambang dia juga membawa barang dagangan ke sungai, ia memanfaatkan banyaknya penambang dengan menjual jamu botolan, minuman supleman, roti, dan nasi bungkus.
Contoh lain : Ratna adalah karyawan di sebuah supermarket, setiap hari ia masuk kerja kecuali hari libur, Ratna sudah bekerja selama 3 tahun lebih, bila giliran shif malam ia pun tak malas untuk selalu berangkat kerja walau harus pulang tengah malam atau dini hari. Di tempat lain ada Sumarti yang bekerja sebagai penjual parfum dan aksesoris, Sumarti tidak berjualan setiap hari, ia hanya keluar rumah beberapa hari saja.
Di mata awam Ratna terlihat sebagai pekerja keras daripada Sumarti, lalu mengapa Sumarti lebih besar pendapatannya dari Ratna. Sebenarnya Ratna tidak lah bekerja lebih keras, ia hanya bekerja lebih “berat” saja dari Sumarti. Yang benar Sumarti lah yang bekerja keras, memang ia tidak menguras waktu dan tenaga, namun ia menguras fikiran. Setiap keluar rumah ia mendatangi siapa saja yang ia kenal untuk menawari produknya, atau melobi toko-toko yang kelihatannya ramai agar mau dititipi parfum dan aksesorisnya, tidak cukup sampai di situ, Sumarti juga memanfaatkan media social FB, BBM, Twitter, dll untuk mempromosikan produknya.
Nah, dari gambaran di atas dapat kita cerna apa sebenarnya kerja keras itu. KERJA KERAS ADALAH BERUSAHA MEMBERDAYAKAN SECARA MAKSIMAL APA YANG KITA MAMPU, BUKAN HANYA MENGURAS TENAGA DAN MENGHABISKAN WAKTU, MELAINKAN JUGA MELIBATKAN PIKIRAN UNTUK MENDAPATKAN HASIL YANG MAKSIMAL.
Sekarang tiba di pembahasan yang pamungkas, yakni KERJA PINTAR, perlu digaris bawahi terlebih dahulu, bahwa “kerja pintar” tidak selalu melibatkan kepintaran/kepandaian. STOP berfikir bahwa untuk “kerja pintar” harus menjadi seperti guru/dosen, ahli akuntan, atau ahli computer. Kerja pintar adalah kerja yang efektif, cepat, mampu membaca peluang, inovatif, atau kreatif.
Bila Parjo sebagai penambang batu dan pasir yang tak kenal lelah adalah “kerja berat”, dan Kasno yang selain menambang juga berjualan adalah “kerja keras”, Maka seseorang yang “kerja pintar” akan melakukan hal-hal yang di luar dugaan, jam kerjanya lebih pendek, tenaganya sama sekali tidak terkuras, namun pendapatan yang didapat bisa lebih banyak daripada mereka. Misalnya : Arif adalah seseorang yang berfikir cepat dan kreatif,  Arif membeli pasir sebanyak-banyaknya ketika musim penghujan, karna biasanya kwalitas pasir terbaik adalah didapat sesaat setelah sungai banjir. Nah ketika musim kemarau tiba, dan pasir dengan kwalitas baik dicari-cari orang sedangkan barangnya langka maka Arif akan menjualnya dengan harga tinggi sehingga keuntungan yang ia dapat berlipat ganda, penghasilan Arif yang hanya mengiinvestasikan uangnya, entah itu uangnya sendiri atau dari hutang, malah melebihi penghasilan mereka yang kepanasan dan kehujanan mengeruk pasir dan batu setiap hari.
Atau seperti Bowo yang enggan bekerja layaknya teman-temannya, namun pada dasarnya Bowo adalah orang yang inovatif, ia memiliki keyakinan bahwa suatu saat ia akan sukses, karna ia yakin dirinya memiliki potensi. Lama ia mengamati daerah tempat tinggal dan sekitar, apa yang kira-kira sangat dibutuhkan di sana dan belum tersedia banyak bahkan sama sekali tidak ada.  Akhirnya Bowo menemukan ide untuk berdagang Obat-obat pertanian, Pupuk, Vitamin ternak, dan lain sebagainya yang sekira dibutuhkan orang-orang di sana yang mayoritas sebagai petani, buruh tani, dan peternak.
Tidak butuh waktu lama pundi-pundi rupiah dapat dikumpulkan, Bowo yang hanya bermodal ide cemerlang bisa membaca peluang  tidak mustahil akan menjadi lebih kaya ketimbang mereka yang setiap hari bekerja di sawah ladang, atau mereka yang mempunyai ber hektar-hektar tanah garapan.
Poin dari dua contoh di atas bukan ada pada “berdagang-nya” tapi ada pada inovasi dan kepintaran Arif dan Bowo dalam membaca peluang. Siapa saja bisa berdagang, lebih-lebih para pemilik modal, namun tidak semua bisa menciptakan inovasi dan mampu membaca peluang pasar.
Prinsip dari “kerja pintar” adalah mampu membaca peluang dan mau menggali potensi, karna lebih baik memanfaatkan potensi daripada harus membangun kemampuan diri.  Bila potensi (bakat) kita adalah menyanyi, lalu mengapa kita harus besusah payah kursus untuk menjadi koki.  Memang dengan kemauan dan tekat yang keras akan bisa jadi koki, lalu mengapa tidak menjadi penyanyi saja bila bisa dengan mudah dijalani.  Orang pintar tentu akan memilih menyanyi, dengan asumsi koki atau penyanyi sama-sama menghasilkan.
Rasanya sudah cukup contoh atau model dari kerja pintar di atas. Setiap dari kita dapat melakukan kerja pintar tersebut tanpa harus kita disebut sebagai orang pintar dulu, karna kerja pintar tidak membutuhkan kepintaran yang mendetail, TAPI kerja pintar hanya membutuhkan kepintaran yang kadang-kadang saja, itulah mengapa banyak kita temui 1 ORANG BODOH mempekerjakan PULUHAN ORANG PINTAR

No comments:

Post a Comment