Sisi Pandang Lain

Memahami Sesuatu dari Perspektif yang Berbeda

Saturday, January 24, 2015

Kisah 3 Pemuda Desa


Di sebuah desa, sebut saja desa Sukaharta, selalu dilanda kesulitan air bersih setiap datang musim kemarau, sungai kering, sumur warga juga kering, sumber mata air setiap tahun makin berkurang, hal itu barangkali diakibatkan pembabatan hutan yang tanpa kontrol di pegunungan sana yang tidak begitu jauh dari desa Sukaharta, atau barangkali ada sebab lain, yang pasti keberadaan air bersih semakin berkurang setiap tahunnya bila datang musim kemarau.
Di tempat yang berbeda dan dari latar belakang keluarga yang berbeda pula, dalam satu desa tersebut tinggal lah 3 orang pemuda dengan usia yang kurang lebih sama dan punya ambisi yang sama, yaitu ingin memecahkan masalah kesulitan air bersih di desanya.
Pemuda yang pertama, namanya Agus, panggilan jiwanya ingin secepat mungkin membebaskan warga desanya dari kesulitan tersebut. Sebuah ide terlintas di kepalanya dan langsung diimplementasikan tanpa berfikir banyak lagi, baginya lebih cepat ia bertindak lebih cepat pula masalah akan selesai.


Dengan beberapa drum bekas aspal dan mobil bak terbuka milik ayahnya, agus mengangkut air bersih dari sumber mata air yang ada di pegunungan ke desanya, rata-rata setiap hari mampu bolak balik 5 sampai 6 kali, Agus langsung panen pujian dari warga desa, karna berkat jasa agus yang berinisiatif seperti itu paling tidak sebagian kebutuhan warga tercukupi dengan hanya mengganti sedikit ongkos bensin dan uang lelah beberapa ribu setiap drumnya,  namun beberapa bulan kemudian masalah pun muncul, karna medan/jalan yang dilalui begitu sulit alhasil kendaraan yang dipakai Agus untuk bolak balik mengangkut air sedikit demi sedikit mengalami kerusakan di bodi dan mesin,  mau nggak mau Agus harus merogoh kocek yang tidak sedikit.  Sampai di sini dilema pun muncul, bila harus mematok ongkos angkut air seperti sebelumnya maka kerugian yang sama akan terjadi lagi, tak ada anggaran untuk biaya reparasi kendaraannya, namun bila ia harus mematok ongkos sedikit lebih mahal rasa-rasanya tidak sebanding dengan air yang hanya 1 drum saja, akhirnya agus lebih memilih untuk berhenti melakukan aksi super hero nya dengan berasalan hendak mencari kerja di kota.
Pemuda yang kedua bernama Damar, anak dari salah satu perangkat desa. Dengan rencana yang telah disusun matang selama berbulan-bulan dia mulai pemasangan instalasi pipa air sepanjang puluhan kilometer, dari mata air di pegunungan sampai ke bak penampungan air di desanya. Karna pengaliran air yang sifatnya permanen ini sudah barang tentu butuh modal dana yang tidak sedikit, mulai dari membeli sumber mata air, pemasangan pipa, dan pembuatan bak penampungan.
Investasi materi, waktu, tenaga dan pikiran akhirnya tidak sia-sia, selang beberapa bulan proyeknya pun berhasil. Fasilitas air bersih dapat dinikmati warga dengan ketentuan membayarkan sekian juta di muka dan iuran beberapa puluh ribu setiap bulannya, mau nggak mau karna tidak ada alternative lain warga pun banyak yang bergabung dengan program air pipanya, namun banyak pula warga yang tidak bisa menikmati air pipa tersebut karna tidak punya cukup uang untuk membayar biaya keanggotaan.
Pemuda yang ke tiga Karto namanya, tak banyak yang ia perbuat untuk desanya, walau punya keinginan yang kuat pula untuk mengatasi masalah langkanya air tersebut.  Setiap hari waktunya banyak dihabiskan di dalam rumah dan pergi kluyuran tak jelas kemana, tak hayal lagi kalau banyak tetangga mengecap Karto adalah pemuda yang anti sosial, apatis, dan individualis.
Hari berganti hari, minggu berlalu, bulan terus berjalan, Karto tampak larut dalam keasyikannya sendiri, bahkan ia menjual sapi yang hanya satu-satunya milik orang tuanya, entah dipergunakan untuk apa uangnya, yang jelas di mata semua orang Karto sebagai pemuda yang tak berguna, hampir semua orang mencibirnya, tak ada bedanya ia hidup ataupun mati, begitulah pandangan yang paling ekstrim di lingkungannya.
Selang 2 minggu semenjak Karto menjual sapi ayahnya, desa Sukaharta tiba-tiba gempar karna sebuah berita yang membawa warganya haru dalam suka cita.  Kepala Desa mengumpulkan segenap jajarannya, perangkat, RT dan RW, diinformasikan bahwa satu minggu lagi desa Sukaharta akan mendapat bantuan proyek sumur bor 5 lokasi sekaligus dari sebuah Yayasan ternama.
Kepala Desa juga menjelaskan bahwa bantuan ini adalah berkat jerih payah seorang pemuda yang bernama Karto.  Sudah sejak lama Karto berkoordinasi dengan Kadesnya, namun hal ini hanya diketahui oleh sedikit orang saja, Kades, Karto, dan kedua orang tua Karto, alasan dirahasiakannya upaya tersebut karna tidak ingin masyarakat terlalu berharap dan akhirnya akan sangat kecewa bila rencana tersebut tidak terwujud.
Sudah sejak lama sebenarnya pihak desa mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah daerah maupun provinsi, namun belum juga ada hasilnya, sampai akhirnya seorang pemuda yang memiliki jiwa yang sangat luar biasa itu berinisiatif untuk memohonkan bantuan, melobi, dan dengan telaten mempresentasikan juga meyakinkan pemberi bantuan tersebut bahwa desanya sangat layak untuk dibantu dan juga sangat prospektif untuk selanjutnya dijadikan sasaran investasi Yayasan yang bersangkutan itu, bahkan untuk biaya oprasional dan akomodasi karto rela menjual sapinya tanpa berharap akan diganti.
Sekelumit kisah di atas sedikitnya memberikan beberapa poin pelajaran yang dapat kita tarik benang merahnya.  Dari segi manajemen bisnis mungkin kita bisa menyimpulkan bahwa :
1.        Pemuda yang bernama Agus adalah seorang wirausahawan yang giat, pekerja keras, tidak mau banyak berfikir, ia lebih suka langsung bertindak daripada menunda-nunda hal yang dirasa baik,  bagus memang, namun sehebat apapun upaya yang dilakukan tanpa perhitungan dan perencanaan yang matang maka hasilnya pasti tidak akan lebih baik dari sesuatu yang sudah terencana dengan baik. Bahkan bisa-bisa akan menemui suatu keadaan yang disebut “collap” seperti yang Agus alami tersebut.
2.        Planing atau perencanaan seperti yang dilakukan oleh Damar di atas adalah sebuah langkah yang sangat tepat bahkan wajib yang hendaknya dilakukan seorang wirausahawan,  namun perencanaan yang hanya berbasis capital (modal), tidak akan berjalan mulus bila si pengusaha berharap modal yang diinvestasikan akan cepat balik lagi, lebih-lebih bila modal tersebut diperoleh dari pinjaman.  Mau nggak mau pengusaha harus mentargetkan income sebesar yang ia investasikan dengan cara memaksa konsumen membayar mahal atas barang/jasa yang ia jual.  Damar dari sisi bisnis adalah wirausawan yang pandai dan jeli membaca peluang /permintaan pasar.  Namun dari sisi humanisme wirausahawan seperti Damar sudah barang tentu mendapat banyak kutukan dari hati konsumen yang terpaksa membeli barang/jasa yang hanya ada satu-satunya itu.
3.        Bila kita pernah membaca kisah-kisah suksesnya para ilmuan dunia maka seperti itulah yang dilakukan oleh Karto.  Dengan keuletan dan kesabaran ia terus melakukan upaya yang ia sendiri tidak tahu akan berhasil atau tidak,  sama seperti para ilmuan yang terus bereksperimen, Karto hanya bermodal keyakinan saja.  Sulit memang untuk membuktikan secara ilmiah, namun “Yakin” adalah modal utama di atas modal-modal lainnya bila kita hendak mencapai sebuah kesuksesan, karna dibalik keyakinan akan tertanamkan di alam bawah sadar kita bahwa hakikatnya target itu adalah benar-benar sudah menjadi milik kita, hanya saja kita “belum” bisa menyentuhnya karna masih terhalang oleh sebuah tembok yang panjang, tebal, lagi berliku, dan keyakinan itu mendorong kita untuk terus mencari celah mana di tembok itu yang dapat kita lewati.

Dari segi moral, sudah tersurat dan tersirat dengan jelas dalam kisah di atas bahwa tidak seharusnya kita memvonis seseorang/kelompok sebelum kita tahu pasti apa sebenarnya yang dilakukan dan diharapkan oleh orang/kelompok tersebut.  Bisa jadi kita yang merasa lebih baik ternyata lebih buruk dan lebih picik dari orang lain, hanya karna kita tidak mau mengenal lebih dekat lagi kepada orang lain tersebut.

No comments:

Post a Comment