Di sebuah desa, sebut saja desa Sukaharta, selalu dilanda kesulitan air
bersih setiap datang musim kemarau, sungai kering, sumur warga juga kering,
sumber mata air setiap tahun makin berkurang, hal itu barangkali diakibatkan
pembabatan hutan yang tanpa kontrol di pegunungan sana yang tidak begitu jauh
dari desa Sukaharta, atau barangkali ada sebab lain, yang pasti keberadaan air
bersih semakin berkurang setiap tahunnya bila datang musim kemarau.
Di tempat yang berbeda dan dari latar belakang keluarga yang berbeda
pula, dalam satu desa tersebut tinggal lah 3 orang pemuda dengan usia yang
kurang lebih sama dan punya ambisi yang sama, yaitu ingin memecahkan masalah
kesulitan air bersih di desanya.
Pemuda yang pertama, namanya Agus, panggilan jiwanya ingin secepat
mungkin membebaskan warga desanya dari kesulitan tersebut. Sebuah ide terlintas
di kepalanya dan langsung diimplementasikan tanpa berfikir banyak lagi, baginya
lebih cepat ia bertindak lebih cepat pula masalah akan selesai.
Dengan beberapa drum bekas aspal dan mobil bak terbuka milik ayahnya,
agus mengangkut air bersih dari sumber mata air yang ada di pegunungan ke
desanya, rata-rata setiap hari mampu bolak balik 5 sampai 6 kali, Agus langsung
panen pujian dari warga desa, karna berkat jasa agus yang berinisiatif seperti
itu paling tidak sebagian kebutuhan warga tercukupi dengan hanya mengganti
sedikit ongkos bensin dan uang lelah beberapa ribu setiap drumnya, namun beberapa bulan kemudian masalah pun
muncul, karna medan/jalan yang dilalui begitu sulit alhasil kendaraan yang
dipakai Agus untuk bolak balik mengangkut air sedikit demi sedikit mengalami
kerusakan di bodi dan mesin, mau nggak
mau Agus harus merogoh kocek yang tidak sedikit. Sampai di sini dilema pun muncul, bila harus
mematok ongkos angkut air seperti sebelumnya maka kerugian yang sama akan
terjadi lagi, tak ada anggaran untuk biaya reparasi kendaraannya, namun bila ia
harus mematok ongkos sedikit lebih mahal rasa-rasanya tidak sebanding dengan
air yang hanya 1 drum saja, akhirnya agus lebih memilih untuk berhenti
melakukan aksi super hero nya dengan berasalan hendak mencari kerja di kota.
Pemuda yang kedua bernama Damar, anak dari salah satu perangkat desa.
Dengan rencana yang telah disusun matang selama berbulan-bulan dia mulai
pemasangan instalasi pipa air sepanjang puluhan kilometer, dari mata air di
pegunungan sampai ke bak penampungan air di desanya. Karna pengaliran air yang
sifatnya permanen ini sudah barang tentu butuh modal dana yang tidak sedikit,
mulai dari membeli sumber mata air, pemasangan pipa, dan pembuatan bak
penampungan.
Investasi materi, waktu, tenaga dan pikiran akhirnya tidak sia-sia,
selang beberapa bulan proyeknya pun berhasil. Fasilitas air bersih dapat
dinikmati warga dengan ketentuan membayarkan sekian juta di muka dan iuran
beberapa puluh ribu setiap bulannya, mau nggak mau karna tidak ada alternative
lain warga pun banyak yang bergabung dengan program air pipanya, namun banyak
pula warga yang tidak bisa menikmati air pipa tersebut karna tidak punya cukup
uang untuk membayar biaya keanggotaan.
Pemuda yang ke tiga Karto namanya, tak banyak yang ia perbuat untuk
desanya, walau punya keinginan yang kuat pula untuk mengatasi masalah langkanya
air tersebut. Setiap hari waktunya
banyak dihabiskan di dalam rumah dan pergi kluyuran tak jelas kemana, tak hayal
lagi kalau banyak tetangga mengecap Karto adalah pemuda yang anti sosial,
apatis, dan individualis.
Hari berganti hari, minggu berlalu, bulan terus berjalan, Karto tampak
larut dalam keasyikannya sendiri, bahkan ia menjual sapi yang hanya
satu-satunya milik orang tuanya, entah dipergunakan untuk apa uangnya, yang
jelas di mata semua orang Karto sebagai pemuda yang tak berguna, hampir semua
orang mencibirnya, tak ada bedanya ia hidup ataupun mati, begitulah pandangan
yang paling ekstrim di lingkungannya.
Selang 2 minggu semenjak Karto menjual sapi ayahnya, desa Sukaharta
tiba-tiba gempar karna sebuah berita yang membawa warganya haru dalam suka
cita. Kepala Desa mengumpulkan segenap
jajarannya, perangkat, RT dan RW, diinformasikan bahwa satu minggu lagi desa
Sukaharta akan mendapat bantuan proyek sumur bor 5 lokasi sekaligus dari sebuah
Yayasan ternama.
Kepala Desa juga menjelaskan bahwa bantuan ini adalah berkat jerih payah
seorang pemuda yang bernama Karto. Sudah
sejak lama Karto berkoordinasi dengan Kadesnya, namun hal ini hanya diketahui
oleh sedikit orang saja, Kades, Karto, dan kedua orang tua Karto, alasan
dirahasiakannya upaya tersebut karna tidak ingin masyarakat terlalu berharap
dan akhirnya akan sangat kecewa bila rencana tersebut tidak terwujud.
Sudah sejak lama sebenarnya pihak desa mengajukan permohonan bantuan
kepada pemerintah daerah maupun provinsi, namun belum juga ada hasilnya, sampai
akhirnya seorang pemuda yang memiliki jiwa yang sangat luar biasa itu
berinisiatif untuk memohonkan bantuan, melobi, dan dengan telaten mempresentasikan
juga meyakinkan pemberi bantuan tersebut bahwa desanya sangat layak untuk
dibantu dan juga sangat prospektif untuk selanjutnya dijadikan sasaran
investasi Yayasan yang bersangkutan itu, bahkan untuk biaya oprasional dan
akomodasi karto rela menjual sapinya tanpa berharap akan diganti.
Sekelumit kisah di atas sedikitnya memberikan beberapa poin pelajaran
yang dapat kita tarik benang merahnya.
Dari segi manajemen bisnis mungkin kita bisa menyimpulkan bahwa :
1.
Pemuda yang bernama
Agus adalah seorang wirausahawan yang giat, pekerja keras, tidak mau banyak
berfikir, ia lebih suka langsung bertindak daripada menunda-nunda hal yang
dirasa baik, bagus memang, namun sehebat
apapun upaya yang dilakukan tanpa perhitungan dan perencanaan yang matang maka
hasilnya pasti tidak akan lebih baik dari sesuatu yang sudah terencana dengan
baik. Bahkan bisa-bisa akan menemui suatu keadaan yang disebut “collap” seperti
yang Agus alami tersebut.
2.
Planing atau
perencanaan seperti yang dilakukan oleh Damar di atas adalah sebuah langkah
yang sangat tepat bahkan wajib yang hendaknya dilakukan seorang
wirausahawan, namun perencanaan yang
hanya berbasis capital (modal), tidak akan berjalan mulus bila si pengusaha
berharap modal yang diinvestasikan akan cepat balik lagi, lebih-lebih bila
modal tersebut diperoleh dari pinjaman.
Mau nggak mau pengusaha harus mentargetkan income sebesar yang ia
investasikan dengan cara memaksa konsumen membayar mahal atas barang/jasa yang
ia jual. Damar dari sisi bisnis adalah
wirausawan yang pandai dan jeli membaca peluang /permintaan pasar. Namun dari sisi humanisme wirausahawan
seperti Damar sudah barang tentu mendapat banyak kutukan dari hati konsumen
yang terpaksa membeli barang/jasa yang hanya ada satu-satunya itu.
3.
Bila kita pernah
membaca kisah-kisah suksesnya para ilmuan dunia maka seperti itulah yang
dilakukan oleh Karto. Dengan keuletan
dan kesabaran ia terus melakukan upaya yang ia sendiri tidak tahu akan berhasil
atau tidak, sama seperti para ilmuan
yang terus bereksperimen, Karto hanya bermodal keyakinan saja. Sulit memang untuk membuktikan secara ilmiah,
namun “Yakin” adalah modal utama di atas modal-modal lainnya bila kita hendak
mencapai sebuah kesuksesan, karna dibalik keyakinan akan tertanamkan di alam
bawah sadar kita bahwa hakikatnya target itu adalah benar-benar sudah menjadi
milik kita, hanya saja kita “belum” bisa menyentuhnya karna masih terhalang
oleh sebuah tembok yang panjang, tebal, lagi berliku, dan keyakinan itu
mendorong kita untuk terus mencari celah mana di tembok itu yang dapat kita
lewati.
Dari segi moral,
sudah tersurat dan tersirat dengan jelas dalam kisah di atas bahwa tidak
seharusnya kita memvonis seseorang/kelompok sebelum kita tahu pasti apa
sebenarnya yang dilakukan dan diharapkan oleh orang/kelompok tersebut. Bisa jadi kita yang merasa lebih baik
ternyata lebih buruk dan lebih picik dari orang lain, hanya karna kita tidak
mau mengenal lebih dekat lagi kepada orang lain tersebut.
No comments:
Post a Comment