Personalitas adalah apa yang
diberikan Tuhan kepada kita tanpa kita bisa menawar, misalnya seperti saya
rambutnya keriting wajahnya ngganteng kayak gini itu saya nggak bisa tawar
menawar ^_^
Itu kita tidak bisa usul, warna kulit
misalnya kita nggak bisa punya punya pendapat, tau-tau dikasih seperti ini. Itu
yang saya sebut sebagai personalitas, yang dikasih Tuhan tanpa kita bisa
negosiasi. Sedangkan..
Identitas adalah apa yang kita
kumpulkan sepanjang hidup, contoh badan kita adalah dikumpulkan dari apa yang
kita makan. Kepercayaan dalam diri, bagaimana kita memandang diri dikumpulkan
dari ilmu yang kita serap.
Kalau orang dalam lingkungan yang
bapak dan ibunya Islam kemudian ia Islam, gitu kan, karena itu yang ia asup
dari sekitar. Tapi dia suatu saat kan bisa memutuskan “aku tidak islam” karena
aku tidak tahu islamku ini islam benar atau karena lingkungan.
Ada jarak antara personalitas dan
identitas. Identitas itu bisa berubah terus setiap saat karena apa yang kita
serap akan masuk ke dalam diri kita, ada asupan makanan ada asupan pikiran. Kalau
asupannya jelek-jelek terus keluarnya akan jelek. Kalau asupannya baik-baik
terus bisa-bisa malah naif. Jadi kalau di maiyah ini saya merasa kita ini
belajar kesimbangan. Ya baik dimakan jelek ya dimakan terus diaduk untuk kita
ambil kesimpulan yang kita berdaulat dan mandiri menyimpulkannya.
“Kenapa kalau Cak Nun ngomong
fleksibel lah”, karena rumus yang sama tidak berjalan untuk semua orang. Itu karena
personalitasnya berbeda setiap manusia. Lahirnya kan berbeda-beda, identitasnya
juga dengan model yang berbeda. Orang tuanya beda, lingkungannya beda, pengalaman
hidupnya beda, sehingga rumus dalam hidupnya berbeda untuk masing-masing orang.
Walaupun kita bisa mencontoh dari orang lain, melihat orang lain, tapi kita
harus bisa memodifikasi agar pas dengan diri kita.
Dalam melangkah itu pasti terjadi
benar salah benar salah. Kalau saya sering ngomong; percayalah bahwa kamu tidak
akan pernah mencapai kebenaran, itu agak ekstrim. Karena semua kebenaran yang
kau pahami sekarang itu adalah kesalahan yang belum kau pahami.
Kamu tahu satu hal benar (untuk saat
ini) tapi dengan pengalamanmu dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
pemahamanmu, bisa saja “oh belum benar yang kemaren, ini ada yang lebih benar
lagi”.
Dan terus (mencari kebenaran), kalau
dalam Islam diajak ihdinassirotul mustaqim, tunjukkan jalan yang benar. tambah
benar tambah benar, tambah presisi. Tadinya taunya kilometer menjadi tahu meter
menjadi tahu sentimeter menjadi milimeter, mikro, nano, dan seterusnya, sangat-sangat
kecil dan menjadi sangat presisi.
Keluasan berpikir itu bisa membuat
kita memahami identitas yang lain, kita bisa memahami personalitasnya seperti
ini, identitasnya seperti ini, kita bisa menyelami. Sehingga kalau kita bisa
paham kebenaran semakin banyak orang, menurut saya itu modal utama untuk
memahami tajjali Tuhan yang bermacam-macam.
Salah satu cara mendekati Tuhan
adalah memahami ciptaan-Nya. Tidak mudah menghakimi benar-salah, karena menurut
saya kita semua sesama siswa, dan sesama siswa tidak bisa mengisi raport. Yang bisa
mengisi raport hanya Tuhan. Lebih baik saling belajar dan mencari apa yang
benar bukan siapa yang benar.
Sumber :
Ceramah Sabrang Mowo Damar Panuluh dalam acara Maiyahan
Video asli di Channel YouTube : Universitas Kehidupan (22/01/2019)
dengan judul “Noe Letto : Personalitas, Identitas dan Kebenaran – MAIYAH”
No comments:
Post a Comment